Gempa Jepang yang berkekuatan 9 Skala Richter (SR) masih akan diikuti gempa susulan yang cukup kuat hingga beberapa tahun mendatang.
Setelah mempelajari data jaringan seismik Jepang yang luas, para peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), Kyoto University dan U.S. Geological Survey (USGS) berhasil mengidentifikasi beberapa daerah yang berpotensi diguncang gempa susulan dalam beberapa tahun mendatang.
Menurut Shinji Toda, ilmuwan dari Kyoto University, data dari gempa Tohoku 11 Maret lalu telah membimbing para ilmuwan lebih dekat lagi untuk dapat menilai dengan lebih baik risiko seismik pada kawasan tertentu.
"Gempa Tohoku dengan pusat gempa di utara Pulau Honshu, telah memengaruhi sebagian besar wilayah di pulau tersebut," kata Toda. Daerah Tokyo, gunung Fuji, dan Honshu tengah, termasuk Nagano merupakan kawasan yang cukup berisiko.
Fragmen Kanfu, yang berlokasi di dekat Tokyo, mengalami tekanan setelah gempa besar itu. Akibatnya, perkiraan pemerintah Jepang yang menyebutkan peluang Tokyo diguncang gempa berkekuatan 7 SR dalam 30 tahun mendatang adalah sebesar 70 persen, harus direvisi. Menurut data terbaru yang berhasil dikumpulkan, ancaman itu meningkat jadi di atas 70 persen. "Ini kemungkinan yang sangat tinggi," tegas Toda.
Jian Lin dari WHOI dan Ross S. Stein dari USGS turut memperkuat argumen Toda. Berdasarkan analisis Lin dan koleganya, ada peningkatan tegangan sepanjang patahan ke utara di Sanriku-Hokobu, selatan di pinggiran Boso, dan di Lereng Parit Luar patahan normal, di timur pusat gempa dekat kota Sendai. Peningkatan tegangan ini, menurut Lin, juga meningkatkan kemungkinan memicu gempa susulan maupun gempa utama berikutnya yang cukup kuat.
Sementara Stein menekankan risiko yang terus mengancam Jepang berdasarkan kondisi patahan di sekitar Tokyo yang semakin kritis. Beberapa di antaranya bahkan telah memicu terjadinya gempa kecil setelah gempa 11 Maret lalu. "Oleh sebab itu, penduduk di daerah Jepang bagian tengah, khususnya Tokyo, harus selalu waspada terhadap ancaman gempa dalam jangka waktu yang panjang," ujar Stein.
Gempa Tohoku juga membawa pelajaran yang amat berharga bagi para ilmuwan. Gempa itu menyadarkan mereka bahwa memperkirakan kekuatan gempa hanya dengan berdasarkan data historis, bahkan di negara yang memiliki catatan panjang sejarah gempa seperti Jepang dan China sekalipun, tidak mencukupi.
Catatan sejarah, terutama yang berhasil dideteksi alat pengukur, hanya menyediakan sedikit informasi dari gambaran utuh potensi terjadinya gempa besar di suatu wilayah. "Karena pengetahuan kita masih terbatas, perkiraan bahaya seismik pun masih belum akurat. Kita pun harus tetap waspada terhadap potensi bahaya yang lebih besar dan lebih buruk dari yang kita ketahui," kata Lin. (Sumber: Physorg)