Pil Kontrasepsi untuk Pria

By , Jumat, 17 Juni 2011 | 15:33 WIB

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan Columbia University menunjukkan potensi menjanjikan dalam pengembangan pil kontrasepsi bagi para lelaki. Apabila pil tersebut telah diproduksi massal, beban pengendalian kehamilan yang ditanggung kaum wanita akan berkurang.
Kunci mujarabnya pil tersebut terletak pada vitamin A sebagai unsur penting dalam perkembangan sel sperma. Pasalnya, ketika para peneliti melakukan pengobatan eksperimental pada tikus untuk mengganggu reseptor yang diperlukan dalam memetabolisme vitamin A, tikus jantan jadi kehilangan kesuburan. Setelah pengobatan dihentikan, tikus jantan dapat membuahi kembali tikus betina.
Pada saat eksperimen dilakukan, ahli toksikologi tidak menemukan efek samping apapun pada tikus. Meski begitu, potensi efek samping pada manusia bukan berarti sama nihilnya karena pengaruh obat tersebut pada manusia bisa berbeda. 
Terlebih lagi, menurut Dr. Peter Schlegel, profesor dan penanggung jawab departemen urologi di New York Presbyterian Hospital dan Weill Cornell Medical Center, reseptor vitamin A cenderung menghasilkan efek samping yang halus pada manusia. "Menghentikan produksi 100 juta sperma setiap hari bisa menimbulkan efek tertentu pada bagian tubuh lain," kata Schlegel seperti dikutip TIME. 
Di sisi lain, Schlegel mengakui hasil penelitian itu merupakan data pengembangan kontrasepsi pria terbaik yang pernah dilihatnya. Ini berarti para lelaki nantinya akan memiliki pilihan alat kontrasepsi tambahan selain kondom dan vasektomi yang sudah digunakan selama ini. Pil ini nantinya juga dapat membantu mengurangi beban wanita dalam mengendalikan kehamilan sehingga pria akan memiliki peran yang sama.
Meski bukan yang pertama menggunakan pendekatan pil sebagai alat kontrasepsi, penelitian para ilmuwan Columbia University cukup menjanjikan. Karena berbeda dengan penelitian kontrasepsi pria sebelumnya yang sebagian besar melibatkan terapi hormon--yang memiliki potensi efek samping berupa penurunan gairah seksual dan masalah prostat serta harus dilakukan dengan metode injeksi--pengembangan pil kontrasepsi pria ini lebih aman dan hasilnya lebih merata pada kebanyakan pria.
Para ilmuwan Columbia University itu pun optimistis hasil penelitian mereka bisa dikembangkan menjadi pil kontrasepsi pria tanpa efek samping dan masalah layaknya obat-obatan berbasis hormon. 
Namun proses yang diperlukan untuk sampai produksi massal pil ini masih panjang. Butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai efektivitas serta keamanannya dalam uji klinis pada manusia sebelum dinyatakan aman untuk diproduksi. (Sumber: TIME Healthland)