Air Liur Bisa Mengungkap Usia Seseorang

By , Kamis, 23 Juni 2011 | 12:36 WIB

Para detektif kini tidak perlu pusing menduga-duga usia tersangka pelaku kriminal. Berbekal informasi dari (bekas) air liur, penyidik bisa memperkirakan secara akurat usia si tersangka.
Adalah Dr. Eric Vilain, profesor genetika manusia, pediatrika, dan urologi di David Geffen School of Medicine, UCLA, dan timnya yang berhasil menemukan metode untuk menentukan usia seseorang dari sampel salivanya. Temuan ini dipaparkan dalam jurnal ONE yang diterbitkan Public Library of Science (PLoS) pada 22 Juni.
"Pendekatan yang kami lakukan bisa menjawab persoalan klasik mengenai penanda usia yang paling bisa diandalkan," ujar Vilain. "Hanya berbekal sampel saliva, kami bisa memprediksi usia seseorang." Hal yang diteliti Vilain dan timnya adalah proses yang dikenal dengan metilasi—modifikasi kimiawi pada satu dari empat penyusun utama DNA kita.
"Gen-gen pada tubuh manusia berperan besar dalam proses pertambahan usia kita. Pada saat yang sama, pengaruh-pengaruh lingkungan juga ikut mengubah DNA kita, seiring pertambahan usia," Vilain menjelaskan. "Pola-pola metilasi mengalami perubahan saat kita bertambah usia dan berpengaruh pada penyakit yang terkait dengan usia." 
Penelitian ini menggunakan sampel saliva dari 34 pasangan kembar identik pria berusia 21 hingga 55, dan mengidentifikasi 88 titik pada DNA yang menghubungkan proses metilasi dan usia. Hal sama dilakukan pada populasi 31 pria dan 29 wanita berusia 18 hingga 70.
Selanjutnya, tim peneliti membuat sebuah model prediksi menggunakan dua dari tiga gen yang memiliki keterkaitan kuat dengan metilasi. Saat memasukkan data sampel saliva dari kelompok kembar dan kelompok lainnya, mereka berhasil menerka usia tiap orang, dengan deviasi lima tahun—akurasi paling baik yang pernah didapat sejauh ini.
"Keterkaitan metilasi dengan usia itu amat kuat, jadi kita bisa mengidentifikasi usia seseorang dengan meneliti dua dari 3 miliar penyusun genom kita," kata pakar genetika Sven Bocklandt dari UCLA. Temuan Vilain dan kawan-kawan ini bisa menjadi alat baru dalam melakukan olah tempat kejadian perkara, dengan menganalisis bekas-bekas saliva yang tertinggal pada bekas gigitan, atau dari sebuah cangkir kopi. (UCLA/Physorg.com)