Tumbuhan semacam rumput laut terbukti berpotensi untuk menjadi bahan bakar di masa depan. Hal tersebut ditunjukkan oleh analisis peneliti asal Aberystwyth University, Wales yang mengumpulkan sampel kelp (Laminaria digitata).Tumbuhan tersebut semakin efektif ketika dipanen di musim panas. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa Juli merupakan bulan terbaik untuk memanen kelp agar dijadikan biofuel. “Jika kelp dipanen pada kisaran bulan Juli, level karbohidrat pada tanaman itu berada di titik tertinggi. Ia akan memiliki kadar gula yang optimal untuk produksi bahan bakar,” kata Dr. Jessica Adams, ketua tim peneliti dari Aberystwyth University, Wales.Adams menyebutkan, dalam proses fermentasi, karbohidrat dan gula mudah larut dikonversi menjadi etanol. "Agar optimal, kedua zat tersebut dibutuhkan sebanyak mungkin. Selain karbohidrat dan gula, kandungan logam juga bisa hadir di sana. Namun untuk zat ini, jumlahnya harus ditekan serendah mungkin," jelas Adams.Bahan bakar dari rumput laut semacam ini menawarkan kemampuan yang tidak dimiliki oleh energi terbarukan lain, misalnya listrik tenaga angin, yakni sumber energi yang bisa disimpan dan bisa digunakan, misalnya saat hembusan angin menurun.Namun demikian, kata Adams, masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan, misalnya mengidentifikasi dan mengurai substansi bernilai tinggi lainnya seperti pigmen dan phenol, sebelum sisanya digunakan untuk membuat bahan bakar.Oleh Adams dan timnya, temuan ini dipaparkan dalam ajang Society for Experimental Biology Annual Conference di Glasgow, 4 Juli 2011. (Sumber: Science Daily)