Para pencinta kebudayaan lokal yang tergabung dalam Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI) DIY mencoba melakukan tapak tilas perjalanan Sunan Kalijaga lewat peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga. Tapak tilas ini akan diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan dan kesenian pada 18 sampai 31 Juli 2011 di beberapa tempat khusus yang memiliki memiliki nilai sejarah.
Ketua Panitia Pelaksana Wibie Mahardika menjelaskan, tapak tilas ini baru dilakukan pertama kali dan akan menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya. Alasan pemilihan Sunan Kalijaga menurut Wibie dikarenakan oleh beberapa hal. Sunan Kalijaga adalah figur penting dalam sejarah pembentukan karakter arif umat Islam Nusantara khususnya di Jawa. Sebagai anggota dari Walisongo, Sunan Kalijaga adalah arsitek budaya Islam Jawa dan peletak dasar pendirian Keraton Mataram.
“Kami ingin merekonstruksi sejarah, ajaran, spiritualitas dan laku budaya Sunan Kalijaga. Di era krisis multikutural, sosial, dan berbagai macam krisis seperti saat ini, kami ingin mengajak masyarakat mengingat kembali ajaran-ajaran kebaikan dari Sunan Kalijaga,” papar Wibie Mahardika.
tapak tilas perjalanan Sunan Kalijaga dengan tema “Meneguhkan Jati Diri Bangsa dan Hikmah Bhineka Tunggal Ika “ akan dilakukan selama sebelas hari, yang menunjukkan sebelas lakon karya Sunan Kalijaga. Sebelas lakon karya tersebut akan ditunjukkan di antaranya lewat ritual budaya Sunan Kalijaga, tahlil dan selawat akbar, pagelaran wayang kulit, pameran komik wayang, diskusi wayang dengan lakon-lakon wayang Sunan Kalijaga, lomba panahan, sarasehan nasional, serta suluk dan baca bersama Alquran.
Ritual budaya Sunan Kalijaga yang akan dilakukan salah satunya penggambaran laku spiritual Sunan Kalijaga di tepi Sungai Opak Piyungan Bantul. Dalam ritual ini masyarakat akan diajak mengambil air dari mata air Banyu Urip dan akan digiring dengan berjalan kaki menuju Keraton Yogyakarta di Alun-Alun Utara.
Ketua LESBUMI DIY, Jadul Maula menambahkan, lakon wayang yang akan ditampilkan adalah karya Sunan Kalijaga. Ada 11 tokoh wayang yang ditampilkan: Batara Kala, Jumenengan Yudistira, Dewa Ruci, Durna Gejowo, dan Mustakaweni. Setiap tokoh wayang ini memiliki sikap baik dan buruk, misalnya Batara Kala yang membawa angkara murka atau Yudistira sebagai simbol keikhlasan hati.
“Lewat tokoh wayang tersebut, kami berharap masyarakat dapat memilah sifat baik dan buruk yang pernah diajarkan Sunan Kalijaga. Kami berharap pula, tapak tilas ini dapat membangun dan merekatkan solidaritas berbagai komponen kebangsaan,” papar Jadul Maula.
tapak tilas ini didahului dengan doa bersama dan potong tumpeng yang dilakukan di Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan Bantul.