Bahasa Sunda di Ujung Tanduk

By , Rabu, 13 Juli 2011 | 14:11 WIB

Remaja di kota besar di Jawa Barat mulai meninggalkan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini dikarenakan kurikulum bahasa Sunda yang diajarkan di sekolah menekankan pada metode hafalan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia dalam Kongres Basa Sunda IX di Bogor, selasa (12/7).Kurikulum bahasa Sunda di sekolah-sekolah sekarang terkesan memberatkan siswa karena metode hafalan yang digunakan tidak membuat siswa menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu, masuknya budaya luar juga menjadi salah satu faktor berkurangnya minat remaja untuk menggunakan bahasa daerah.Ganjar menambahkan, dalam ranah sastra Sunda, dia tidak melihat adanya wajah-wajah baru. "Hadiah sastra diisi oleh wajah yang sama, belum ada regenerasi," ungkapnya. Selain itu, aksara Sunda yang juga sudah ditinggalkan.Menurut Ganjar, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan bahasa daerah tersebut, di antaranya adalah mengubah metode pengajaran bahasa Sunda. Sekarang, hanya pesantren yang mewajibkan anak muridnya berbahasa sunda dalam kegiatan sehari-hari. Ganjar mengatakan bahwa pesantren adalah benteng terakhir dalam pelestarian bahasa Sunda.