Bunga bangkai jenis Amorphophallus paeniifolius dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif. Kesamaan umbi bunga ini dengan talas atau umbi-umbian lainnya membuat para peneliti tertarik mempelajari potensinya.
Setidaknya ada dua institusi yang saat ini tengah mempelajari potensi bunga tersebut. Keduanya adalah Laboratorium Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Mustaid Siregar mengatakan bunga bangkai yang dikenal dengan nama lain "suwek" ini sudah dikonsumsi masyarakat sejak masa penjajahan. "Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur pun masih mengonsumsinya sampai saat ini," katanya.
Hal tersebut juga diakui Yuzammi, peneliti Kebun Raya Bogor-LIPI yang fokus meneliti suwek. Menurutnya, masyarakat yang ada di Magelang, Semarang, dan wilayah sekitarnya mengonsumsi suwek sebagai pengganti beras. "Tanaman itu bahkan dibudidayakan," katanya.
Penelitian yang dilakuan bertujuan untuk memastikan kemanan suwek sebagai sumber pangan alternatif. Pasalnya, jika tidak diolah dengan baik dan benar, orang yang mengonsumsi suwek bisa terserang gatal-gatal, terutama yang mudah alergi. Sementara di sisi lain, penelitian Yuzammi berfokus pada pengujian percepatan masa panen sehingga tidak perlu waktu lama untuk memanennya. Umbi bunga bangkai ini bisa tumbuh hingga mencapai berat 12 kilogram dan berdiameter 30 centimeter. Namun perlu waktu dua tahun sejak masa penanaman sebelum umbi bisa dipanen.
Amorphophallus paeniifolius bukan termasuk jenis bunga bangkai yang langka. Bunga ini bisa hidup di beberapa daerah Indonesia mulai dari Sumatra, Jawa, hingga Nusa Tenggara. (Sumber: Pikiran Rakyat via LIPI)