Nyadran Makam Sewu Jelang Puasa

By , Senin, 25 Juli 2011 | 21:55 WIB

Perhatian warga Pandak Bantul tertuju pada ratusan prajurit berpakaian beskap yang melintas di Balai Desa Wijirejo,Senin (25/7). Dengan khidmat mereka mengusung wadah berisi perlengkapan untuk persembahan: nasi gurih, ketan kolak apem, ingkung dan berbagai bubur warna-warni. Para prajurit harus berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer menuju makam Sewu untuk melakukan ziarah ke kubur Panembahan Bodho, ulama penyebar Islam yang juga murid Sunan Kalijaga. "Nyadran Makam Sewu" adalah nama ritual tersebut. Ritual tahunan ini adalah ritual tahunan warga Pandak dan Pajangan Bantul Yogyakarta untuk menyambut bulan Puasa. "Nyadran itu  ziarah kubur ke makam keluarga yang biasa dilakukan masyarakat menjelang puasa, " papar Ketua Panitia Hariyadi di sela-sela acara, Senin (25/7). Tradisi nyadran dilaksanakan setiap Senin setelah tanggal 20 penanggalan Jawa. Tanggal tersebut  untuk memperingati tanggal wafat Panembahan Bodho yang jatuh pada Senin tanggal 20 pada bulan Syaban.Tradisi nyadran di desa itu pun tampak berbeda dengan nyadran pada tahun kemarin. Pada tahun ini tidak ada gunungan yang diperebutkan warga, namun makanan diletakkan dalam wadah yang dibagikan satu per satu kepada pengunjung. "Namanya sedekah tidak untuk rebutan. Maka kami menghindari rebutan gunungan tersebut," kata Hariyadi. Acara tersebut diikuti oleh 10 padukuhan yang berasal dari dua kecamatan yaitu Pandak dan Pajangan.  Rangkaian acara sudah berlangsung sejak Minggu (24/7) dan pembagian sedekah merupakan puncak ritual ini.