Sepatu khusus diciptakan bagi penderita diabetes. Sepatu tersebut, selain memberikan keamanan dari ancaman yang bisa memperparah kondisi pasien akibat diabetes, juga memberikan kenyamanan.
"Sepatu dirancang untuk mencegah terjadinya luka atau penambahan luka pada kaki penderita diabetes," kata Vivi Leona, salah seorang mahasiswa ilmu keperawatan yang terlibat dalam penelitian. Luka kecil saja bisa jadi momok bagi penderita diabetes. Luka, khususnya pada bagian kaki, bisa cepat meluas dan sering kali berakhir dengan amputasi.
Berdasarkan berbagai penelitian, 99,9 persen penggunaan alas kaki yang tidak tepat dapat menimbulkan ulkus diabetika, luka berbau yang sering terjadi pada bagian bawah pasien. Seringkali penderita tidak menyadari bila dirinya terkena luka akibat tidak bekerjanya fungsi saraf pada bagian tertentu.
Sepatu kulit yang dikembangkan oleh tim gabungan berbagai ilmu di Universitas Gadjah Mada ini dibuat dengan menggunakan bahan berkualitas, yaitu kulit sapi dan kambing. Bahan kulit tersebut dinilai bagus karena nyaman dapat menyesuaikan kondisi kelembapan kaki penderita. Di samping itu, terdapat pula bahan merimes atau sejenis busa kain yang berfungsi untuk mengurangi tingkat gesekan kaki dengan sepatu sehingga mengurangi kelecetan.
Keistimewaan lain dari sepatu ini juga dapat disesuaikan dengan ukuran kaki penderita. Sebelum sepatu ini dibuat, kaki pasien akan diukur dan diperiksa dari bengkak, luka, atau alergi. “Sepatu akan dibuat sesuai ukuran. Ada kemungkinan sepatu kanan dan kiri berbeda ukurannya. Inilah yang berbeda dengan sepatu yang ada di pasaran,” papar Vivi.
Ada tiga jenis model sepatu kulit yang diproduksi: sepatu untuk kaki normal tanpa luka (bahan dasar dari kulit sapi), kaki bengkak dan luka (bahan dasar dari kulit kambing), dan kaki amputasi (bahan dasar dari kulit kambing). Vivi menambahkan di bagian tengah sepatu terdapat lubang udara yang berfungsi sebagai ventilasi agar kaki tidak panas dan lembap. Ada juga pita pengecang untuk membantu penderita mengatur kenyamanan saat memakai sepatu tersebut.
Vivi berharap sepatu ini dapat diproduksi massal di seluruh Indonesia. Sepasang sepatu memiliki kisaran harga Rp400.000 hingga Rp 500.000. Vivi menjamin sepatu buatan timnya dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.
Berkat septu ini, tim pengembang, yang terdiri dari Vivi, Erlisa Diah Pertiwi, Oktiyanto Ade Saputro, dan Arini Giska Safitri, berhasil meraih emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIV di Makassar, 22 Juli lalu.