Tradisi takjil gulai kambing setiap Kamis malam di Masjid Kauman Yogyakarta sudah dilakukan turun-temurun sejak pemerintahan Sulatan Hamengku Buwono I.
"Ini simbol persembahan kepada kaum duafa yang mungkin jarang mengonsumsi makanan tersebut," jelas Sekretaris I Masjid Kauman Akhmad Yulianto, Rabu (3/8). Masjid Kauman ini dulunya khusus dibangun raja untuk peristirahatan kaum duafa.
Takjil sebenarnya selalu disediakan setiap hari. Hanya saja, menu khusus gulai kambing ini hanya muncul pada hari Kamis. “Kalau hari Kamis jamaah memang sangat banyak, dan pengunjungnya pun bertambah setiap tahunnya. Biasanya kami menyiapkan sekitar 650 porsi, kalau hari Kamis bisa mencapai 700 porsi. Itupun biasanya kurang, dan sering kami ganti dengan roti,” kata Akhmad.
Ahkmad bercerita, dahulu kala, gulai kambing ini dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Kayu bakarnya pun bukan diperoleh sembarangan, namun dipotong dari sebuah pohon yang ditanam di areal Masjid Kauman Yogyakarta. Namun seiring berjalannya waktu, gulai kambing ini dipesan pada jasa penyedia makanan.
Masjid Kauman Yogyakarta ini adalah masjid tertua yang dibangun oleh Sultan Hemengku Buwono I dengan gaya arsitektur Jawa. Masjid ini identik dengan tempatnya para kaum atau penegak agama. Oleh karena itu fasilitas perumahan yang ada di kompleks tersebut lebih dikenal dengan nama Kampung Kauman.