Sebuah misi kebudayaan memperkenalkan gamelan Jogja di kancah internasional tengah dimulai. Baru-baru ini kelompok gamelan Kraton Ngayogyakarta KHP Kridomardowo diminta tampil dalam Edinburgh International Festival (EIF) pada 19-21 Agustus mendatang.
Yogyakarta patut bangga bisa mewakili Indonesia dalam festival pertunjukan seni terbesar dunia ini. Untuk Asia, hanya tiga negara saja yang diminta yaitu Indonesia, Korea, dan India.
Kepala Subbagian Program dan Informasi, Dinas Kebudayaan Provinsi DIY Dwi Pudji Astuti, mengatakan Indonesia baru pertama kali diundang ke festival ini. Pada Mei 2011 lalu, pihak panitia melayangkan surat resmi pada kelompok gamelan Kraton Yogyakarta untuk bisa berpartisipasi dalam ajang tersebut. Bahkan, kurator dari panitia EIF, Jonathan Mills, telah melakukan peninjauan pada kelompok gamelan untuk memberikan arahan tentang kondisi festival.
Musik gamelan dipilih karena tema EIF tahun ini adalah tentang musik tradisional. Kelompok gamelan yang terdiri dari 22 personel (22 perawit dan 2 penari) ini akan menampilkan enam paket pertujukan gendhing-gendhing Jawa dan tarian klasik gaya Jogja. Istimewanya lagi, kelompok gamelan ini diminta untuk memainkan Gending Westminster pada setiap pertunjukan. Gendhing tersebut diciptakan pada perempat kedua abad XX oleh Raden Wedana Larassumbaga, seorang komposer karawitan Jawa di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta.
“Gendhing ini banyak disukai para musisi Jawa karena musiknya terinspirasi dari dentingan suara jam dinding besar Westminster London Inggris,” katanya
Sementara enam tarian klasik gaya Jogja yang akan dibawakan oleh penari Putria Retno Pudyastuti dan Widaru Krefianto Darmawan di antaranya tari Sekar Pudyastuti, Kelana Topeng, Golek Lambangsari, Kelana Raja, Krida Tamtama, dan Gatotkaca Pergiwati.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Joko Dwiyanto mengatakan, tampilnya gamelan Yogyakarta di EIF merupakan salah satu awal dari misi kebudayaan Indonesia di kancah internasional. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki sebuah warisan budaya yang masih dipelihara hingga saat ini. Dirinya berharap gamelan Yogyakarta ini dapat membawa citra Indonesia sebagai negara yang menghargai budaya nenek moyang.