Masjid Jami’ul Jamaah, di Desa Karang Pangsor, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, dibangun oleh tiga kelompok agama: Muslim, Hindu, dan Buddha.
"Masjid ini merupakan masjid yang menjadi ikon kerukunan antarwarga, khususnya antarpemeluk agama di wilayah Kecamatan Pemenang. Masjid ini tidak akan bisa berdiri tanpa dukungan dari tiga unsur masyarakat agama tersebut," kata pengurus masjid. Jami’ul Jamaah sendiri bermakna "semua jamaah".
Ikon kerukunan umat beragama masyarakat Lombok tak hanya tampak lewat Jami’ul Jamaah. Kerap ditemui, bangunan masjid lain yang berhadapan langsung dengan Pura. Contohnya, di Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Desa Sesaot terdiri dari lima dusun--tiga dusun berpenduduk Muslim dan dua dusun berpenduduk Hindu.
Mamik Nashrudin Muhdi, pengurus Masjid Nurul Huda, menjelaskan salah satu masjid yang didirikan oleh umat Muslim dan Hindu adalah Masjid Nurul Huda yang merupakan masjid besar Desa Sesaot. “Masjid ini merupakan hasil swadaya masyarakat di Desa Sesaot. Banyak masyarakat Hindu yang ikut berpartisipasi untuk pembangunan masjid ini. Mereka menyumbangkan kayu, pasir, dan apa saja yang mereka miliki untuk pembangunan masjid ini,” papar tokoh masyarakat Desa Sesaot tersebut.
Masjid Nurul Huda ini berhadapan dengan Pura di lingkungan Banjar (pemukiman Hindu) di Desa Sesaot. Meskipun berhadapan, tidak pernah terjadi keributan di antara mereka. Para pemuda Muslim dan Hindu berbaur, baik dalam kegiatan olahraga maupun pergaulan sehari-hari. Mamik menambahkan kerukunan umat beragama ini bisa terjadi karena ada kesadaran tinggi masyarakat tentang kehidupan damai.