Dosen Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Mashoedah berhasil menemukan media pembelajaran huruf braille dengan tombol tekan dan penyuaraan. Dengan inovasi baru ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan memproduksi massal sebanyak 50-100 unit untuk didistribusikan ke seluruh Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia. Mashoedah menjelaskan, latar belakang menciptakan alat ini didorong oleh pembelajaran huruf braille di Indonesia yang masih sangat konvensional. Mayoritas metode pembelajaran bagi siswa tuna netra masih menggunakan peralatan sederhana seperti papan tulis braille (pantule). "Metode konvensional ini tidak membuat siswa mandiri karena harus selalu didampingi guru. Papan tulis braille juga cukup berbahaya karena terbuat dari paku yang dapat terlepas,"ungkap Mashoedah yanh menjadi juara II Tingkat Nasional Ajang Penemu TVRI. Alat bantu braille ciptaannya itu secara prinsip hampir sama dengan media pembelajaran huruf braille lainnya. Hanya saja,Mashoedah membubuhkan teknologi baru berupa push button (tombol tekan) jenis toogle, voice chip, dan mikrokontroller. Alat ini juga memiliki enam titik huruf braille yang kemudian digabung dengan konfigurasi huruf abjad dari A-Z dan angka 0-99. Proses kerja alat ini juga cukup memudahkan siswa tuna netra. Secara otomatis ketika pengguna menekan tombol yang telah terhubung dengan mikrokontroller, mereka akan membaca konfigurasi huruf,tanda baca, angka, dan vokal konsonan. Setelah konfigurasi terbaca,mikrokontroller akan mengolah data dari tombol menjadi data penyuaraan yang dikerjakan oleh voice chip. "Setelah proses pengerjaan suara selesai, voice chip akan menginstruksikan pada siswa bagaimana tata cara mengoperasikan alat ini,"tambahnya. Alat ini sangat ringan dan portable. Alat ini pun dilengkapi sumber dari daya baterai yang tidak terlalu merepotkan siswa tuna netra. Mashoedah menjelaskan keuntungan yang diperoleh dari alat ini adalah siswa lebih mandiri dalam belajar. Tak hanya itu, kegiatan belajar dapat dibarengi dengan kegiatan bermain. "Harapannya, setelah alat ini dapat diproduksi massal oleh LIPI, anak-anak tuna netra makin mudah belajar huruf braille yang akhirnya bisa menambah wawasan mereka, "katanya sembari memamerkan hak paten karyanya.