Bill Clinton, mantan presiden Amerika Serikat menyebutkan, keberhasilan gerakan energi terbarukan terancam oleh kekurangan anggaran. Pernyataan ini ia ungkapkan di hadapan sejumlah pemimpin dunia yang menghadiri Clinton Global Initiative, pertemuan tahunan yang kali ini membahas seputar mengatasi perubahan iklim global serta kenaikan permukaan laut.Menurut Clinton, keberhasilan pembuatan sistem tenaga surya di Jerman seharusnya bisa menjadi contoh yang bisa diikuti oleh negara-negara lain. Sayangnya, kurangnya anggaran telah menjadi masalah terbesar yang dihadapi oleh pembuatan energi terbarukan. “Padahal, agar dapat berhasil, kita membutuhkan biaya besar di awal,” ucapnya.Di kalangan pemimpin dunia sendiri, saat ini tengah muncul rasa frustasi karena mereka gagal membuat sebuah aturan global yang mengikat, terkait emisi gas buang. “Kemajuan yang kita dapat hanya sedikit sekali dibanding yang kita harapkan,” kata Jens Stoltenberg, perdana menteri Norwegia.“Mengingat Protokol Kyoto seputar perubahan iklim akan habis masa berlakunya tahun 2012 mendatang, harus ada kemajuan yang dihasilkan dalam membuat aturan baru pada konferensi PBB terkait perubahan iklim di Durban, Afrika Selatan, November ini,” kata Felipe Calderon, presiden Meksiko.Calderon juga menyebutkan, ia khawatir bahwa kondisi ekonomi dunia yang terjadi saat ini mengancam tindakan-tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. “Tahun lalu kami mengalami hujan terparah sepanjang sejarah Meksiko dan tahun ini kami mengalami musim kering terburuk di negeri kami,” kata Calderon. “Kami paham bahwa dunia sedang mengalami banyak problem, tetapi umat manusia masih menghadapi masalah yang paling besar di masa depan, yakni perubahan iklim,” ucapnya.Akibat perubahan iklim, kenaikan permukaan laut telah menjadi masalah hidup-mati bagi negara-negara kepulauan kecil, kata Jacob Zuma, presiden Afrika Selatan. “Tidak secara teoritis, tidak di masa depan, tetapi itu terjadi saat ini juga,” kata Zuma. “Sayangnya kita gagal memahami mengapa kita tidak berhasil mengatasi hal ini,” ucapnya.“Beberapa tahun lalu, setelah tsunami dahsyat melanda kawasan selatan Asia, saya menghabiskan banyak waktu di Maladewa,” kata Clinton. “Menurut saya, jika tren ini terus berlangsung, ada kemungkinan bahwa negeri itu akan musnah dalam 30 atau 40 tahun ke depan,” ucapnya.Sheikh Hasina, perdana menteri Bangladesh menyebutkan, kenaikan permukaan laut juga akan menenggelamkan seperlima bagian negaranya, membuat 30 juta penduduk kehilangan tempat tinggal. Bill Clinton menyebutkan, setelah negara kepulauan kecil, negara berikutnya yang akan terpengaruh oleh perubahan iklim adalah mereka yang berada di tengah benua, misalnya Mali, sebuah negara panas dan kering di Afrika Barat yang tidak memiliki laut. (Sumber: Third Age)