Peluang menjadi ahli taksonomi kelautan di Indonesia masih terbuka lebar. Pasalnya, peneliti taksonom kelautan yang bertugas dan berfungsi mengungkap jenis-jenis keanekaragaman hayati kelautan, secara kualitas maupun kuantitas masih minim jumlahnya.
Dari sekitar 20-30 peneliti Indonesia yang terlibat dalam penelitian taksonomi saat ini, hanya tiga peneliti yang layak disebut sebagai taksonom. Sementara kebutuhan taksonom kelautan Indonesia mencapai 45 orang. "Tiap kelas dalam satu taksa harus ada yang menangani. Idealnya dalam satu ordo ada satu taksonom," kata Prof. Dr. Suharsono, Ketua Masyarakat Taksonomi Kelautan Indonesia (MTKI) yang juga peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Senada dengan pernyataan Suharsono, Dr. Ir. Zainal Arifin M.Sc., Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Oseanografi – LIPI), juga mengatakan bahwa taksonomi sampai sekarang masih menjadi bidang studi minoritas. Padahal taksonomi merupakan salah satu ilmu dasar yang dibutuhkan serta berperan penting dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya laut.
Lebih lanjut, Suharsono mengungkapkan bahwa masih banyak biota laut yang belum diteliti hingga saat ini. Sebagai contoh, bakteri laut belum banyak diteliti taksonominya meski sudah sering dijadikan objek penelitian ilmuwan. Selain itu, Algae, Bryozoa, dan Cetacea juga masih belum banyak diteliti.
Beberapa langkah sudah diambil untuk mengatasi minimnya jumlah taksonom Indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan kaderisasi melalui perguruan tinggi. Menurut Suharsono, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai membuka jurusan taksonomi tahun ini.
Langkah lainnya adalah dengan melakukan advokasi pada pemerintah untuk membangun reference collection kelautan, membentuk jaringan taksonomi dengan memanfaatkan universitas yang ada, kerjasama dengan lembaga internasional serta melakukan ekspedisi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, maka sudah sepantasnya dihimpun pula suatu database yang dapat menggambarkan potensi biota laut Indonesia. Bila kekayaan laut Indonesia mampu diungkap secara lebih luas, maka semakin banyak biota, konsep biologi dan evolusi yang bisa dibenahi dan direvisi, termasuk tata nama dan pengelompokan taksa biotanya. (Sumber: LIPI, Kompas)