Sungai di Surabaya Tercemar Kromium

By , Minggu, 2 Oktober 2011 | 11:24 WIB

Sungai di Surabaya yang dikonsumsi 2,4 juta jiwa masyarakat, kini tercemar produk limbah industri dan rumah tangga. Bahkan parahnya, air sungai disana mengandung logam berat kromium (Cr). Tim Ahli Geografi UGM, Drs. Yudhi Utomo, mengatakan tercemarnya sungai Surabaya disebabkan buangan limbah domestik dan industri dari 11 anak sungai yang mengalir ke sungai Surabaya. Padahal, sekitar 69 persen air dari kali Surabaya digunakan sebagai air minum. Berdasarkan hasil penelitiannya, analisis kualitas air sungai Surabaya menunjukkan konsentrasi DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) melebihi nilai ambang batas sungai Kelas I, sedangkan kualitas air secara spasial dari hulu ke hilir menurun. Bahkan, konsentrasi logam berat terjadi kenaikan dari tahun ke tahun. "Pada perairan yang tercemar perlu diwaspadai tidak hanya airnya tapi juga ikan-ikan yang tercemar,” katanya. Sementara itu, kandungan kromium (Cr) total dalam sedimen sungai ditemukan tertinggi 75,46 mg/kg massa kering pada musim kemarau dan 41,75 mg/kg musim penghujan. “Pada lokasi perairan konsentrasi Cr tinggi juga ditemukan konsentrasi Cr dalam sedimen tinggi,” katanya. Tidak hanya ditemukan dalam sedimen, kandungan Cr juga ditemukan dalam ikan gabus, mujair dan bader. Kandungan Cr-nya sudah melebihi nilai ambang batas 0,4 mg/kg massa basah. Padahal, jika dikonsumsi dalam waktu lama bisa merugikan kesehatan manusia. ”Ikan mampu mengakumulasi logam berat dengan konsentrasi tinggi, karenanya masyarakat perlu waspada saat mengonsumsi ikan," tambahnya. Dari hasil penelitiannya, dosen FMIPA Universitas Negeri Malang ini berharap agar pemerintah dapat mengontrol pihak industri dalam pengelolaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) secara optimal, khususnya limbah cair yang dibuang ke sungai sesuai dengan nilai ambang batas yang ditetapkan. Selain itu, masyarakat juga perlu menyadari bahwa membuang sampah yang dibuang langsung ke sungai akan menurunkan kualitas air.