Upaya Menyelamatkan Hutan Bakau Segara Anakan

By , Jumat, 28 Oktober 2011 | 19:23 WIB

Laguna Segara Anakan adalah hutan mangrove yang disebut-sebut sebagai ekosistem terunik di Asia Pasifik. Laguna Segara Anakan merupakan muara Sungai Citanduy di laut Selatan. Sungai tersebut melintas di 11 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Sejak 2009, luas Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, yang mulanya 6.450 hektar pada pemetaan tahun 1930, tinggal sekitar 700 hektare atau 11 persennya saja. Sedimentasi lumpur akibat endapan tanah aluvial menjadi sebab menyempitnya laguna ini.

Selain itu, sebagian kawasan mangrove di sekitarnya dilaporkan juga hancur. Berdasarkan dari Dinas Pengelola Sumber Daya Kawasan Segara Anakan, tahun 1984 areal mangrove mencapai 15.000 hektare, tetapi saat ini hanya 8.000 hektare. Hutan bakau seringkali dirambah untuk dibuka lahan tambak atau dijarah kayunya.

Koordinator tim peneliti Segara Anakan dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Prof. Edy Yuwono seperti diikutip oleh Harian Kompas, Jumat (28/10), mengatakan bahwa krisis mangrove memperparah degradasi lingkungan, secara langsung maupun tidak. Mangrove juga merupakan salah satu tempat pembiakan aneka satwa, antara lain 85 jenis burung, 45 jenis ikan laut, dan lain-lain.

Upaya penyelamatan ekosistem telah dilakukan. Menurut Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamudji, reboisasi mangrove dijadikan sebagai gerakan bersama dalam setiap kesempatan. Warga pun sudah banyak memiliki kesadaran untuk merehabilitasi area ini.

Contohnya kelompok Patra Krida Wana Lestari yang beranggotakan para masyarakat Desa Ujung Alang, mereka mulai menanami kembali wilayah hutan hingga sepanjang perairan mendekati laguna dengan benih bakau. Kini sudah ada lebih kurang 65 hektare area yang ditanami mangrove. Mereka pun membagi-bagikan benih itu secara gratis kepada warga sekitar lainnya.

 

(Kompas, pelbagai sumber)