Mahasiswa UNY Ciptakan Alat Ukur Besaran Fisika Berhuruf Braille

By , Senin, 7 November 2011 | 10:27 WIB

Siswa tuna netra tak perlu khawatir lagi menghadapi soal-soal Fisika khususnya yang berhubungan dengan massa, panjang, gaya, serta volume. Pasalnya, ketiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini berhasil menciptakan alat ukur besaran fisika berhuruf braille. Janu Arlinwibowo, Dethawati Isti R, dan Rina Supriyani, inilah tiga mahasiswa FMIPA UNY yang berhasil menjadi juara pertama Lomba Penelitian Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) LIPI Oktober lalu. Janu menjelaskan ide dari alat ini adalah berangkat dari  keprihatinan pada siswa tuna netra yang kesulitan ketika harus belajar alat pengukuran atau biasanya identik dengan pembacaan skala. "Kami ingin alat ini dapat membantu siswa tunan netra melakukan pengukuran seperti orang normal sehingga kemampuan psikomotorik dalam praktikum IPA dapat terasah,"paparnya. Alat yang belum pernah ada di pasaran ini, dibuat dengan tingkat keakuratan yang sama dengan alat ukur yang digunakan anak normal. Untuk mengukur panjang benda mereka menciptakan Braille Ruler (Mistar Braille), mengukur massa dan berat benda dengan Braille Spring Balance (Neraca Pegas Braille), mengukur volum benda dengan menggunakan Braille Becker Glass (Gelas Ukur Braille),serta LKS Braille. "Penilaian kelayakan alat ukur ini memenuhi syarat alat ukur yaitu valid,reliable, dapat digunakan secara internasional,mudah diproduksi, dan aman digunakan,"papar Delthawati. Dirinya menambahkan, dari hasil rekomendasi, penulisan skala timbul akan baik jika menggunakan alumunium 0,1 mm. Alat yang dirancang sejak awal Februari 2011 ini sudah diujicobakan di beberapa sekolah inklusi di Yogyakarta dan memberikan respon positif bagi siswa tuna netra. Trimunandar,siswa tuna netra dari MAN Maguwoharjo mengaku bahwa dengan alat tersebut dirinya dapat memahami materi pengukuran secara utuh. Tak hanya itu saj, manfaat lain alat ini adalah meningkatkan kemampuan psikomotorik dan memberi motivasi belajar pada siswa dan guru. "Biasanya siswa tuna netra hanya dominan pada indera pendengaran. Ini membuat kami sering lupa materi pelajaran," katanya.