Ratusan mata air, begitu pula beberapa spesies tanaman atau pepohonan di kawasan Pegunungan Merapi menghilang karena tertutup material erupsi. Akibatnya, masyarakat sekitar kekurangan air bersih. "Sumber air bersih untuk masyarakat DIY, yang tinggal di Kabupaten Sleman dan Bantul semakin berkurang karena mata air tertutup lahan atau material erupsi Merapi," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X. Menurut dirinya, DIY perlu mencari sumber mata air alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Hal ini dikarenakan reboisasi kawasan Merapi akan dilakukan setelah persoalan hak atas tanah warga Merapi terselesaikan. Proses reboisasi sebagai salah satu upaya rehabilitasi lingkungan di kawasan Merapi masih menunggu pendataan dan sertifikasi tanah warga. Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Triwobowo Yuwono mengatakan pemerintah hendaknya memikirkan revegetasi terkait ketersediaan air di sekitar Merapi. Dia mengatakan keberadaan tanaman atau pepohonan sangat penting untuk menyimpan cadangan air di sekitar Merapi. Penanaman kembali vegetasi bisa terus dilakukan dengan cara mengelompokkan sabana kolektif, yang terdiri dari tanaman perkebunan, hutan kayu, dan tanaman talas. Ia mengatakan luas hutan alam yang rusak sebanyak 4.000 hektar sehingga butuh waktu lama untuk proses pemulihan vegetasi.