Tiga Danau di Sulut Tercemar E-coli

By , Jumat, 11 November 2011 | 08:45 WIB

Tiga buah danau di Sulawesi Utara tercemar oleh bakteri Escherichia coli. Ketiga danau tersebut, Danau Makalehi di Kabupaten Sitaro, Danau Tondano di Kabupaten Minahasa serta Danau Moat di Kota Kotamobagu terindikasi pencemaran karena sudah melebihi baku mutu.

"Indikator E. coli di tiga danau ini sudah berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai dan Danau," tutur Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi, Sonny Runtuwene.

Uji kualitas air di tiga danau ini menggunakan beberapa parameter uji yaitu suhu, derajat keasamaan (pH), E. coli, total coli (T. coli), minyak dan lemak, nitrat serta fosfat. Kurang lebih ada 15 paremeter uji yang digunakan di empat titik sampel yang ada di masing-masing danau.

Selain bakteri E. coli, parameter uji lainnya yang berada di atas baku mutu adalah parameter nitrat. Di atas ambang batas paramater E. coli dan nitrat menurut Runtuwene ada kaitannya dengan aktivitas pertanian dan limbah warga yang di buang ke sungai yang menuju kolam danau.

Untuk pengendalian pencemaran yang ada di danau yang diakibatkan pemanfaatan pestisida secara perlahan bisa menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pestisida. Sedangkan untuk E. coli perlu dibangunnya instalasi pengolahan limbah di permukiman ataupun restoran dan rumah makan yang berjejer di pinggiran danau.

Selain itu, aktivitas peternakan yang ada di sekitar danau juga perlu diawasi. "Saya pernah mendengar ada Tata Ruang Danau Tondano. Tapi saya tidak tahu persis apakah tata ruang tersebut benar-benar digunakan sebagai arahan atau tidak," ujarnya. Dia mencontohkan manfaat Danau Tondano di Kabupaten Minahasa. Danau ini selain menjadi sumber hidup nelayan tradisional, juga alirannya menjadi penggerak turbin pembangkit listrik untuk beberapa desa.

"Kalau tidak ada arahan untuk pemanfaatan danau, ke depan kita akan berpersoalan dengan listrik akibat berkurangnya debit air di danau (Tondano). Atau kehidupan nelayan tradisional semakin terjepit akibat semakin buruknya kualitas air danau sehingga populasi ikan semakin sedikit," katanya.

Di seluruh dunia, kira-kira 20 negara yang hampir semuanya di kawasan negara berkembang, memiliki sumber air dapat diperbarui hanya di bawah 1.000 meter kubik per orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk setiap orang.