Penularan penyakit hepatitis erat kaitannya dengan sistem sanitasi dan lingkungan. Ini dinyatakan dalam seminar bertema "Peran Sanitarian Sekarang dan Masa Depan", yang berlangsung di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Semarang, Minggu (13/11).Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI), Subardan Rohmat menilai bahwa keterbatasan tenaga kesehatan lingkungan atau sanitarian adalah salah satu penyebab mewabahnya hepatitis, secara khusus hepatitis A.Tenaga sanitarian memang menyebar di berbagai bidang profesi, seperti di rumah makan, perhotelan, rumah sakit, pariwisata, hingga perusahaan pertambangan untuk menangani aspek kesehatan lingkungan. Tenaga sanitarian ini terbagi atas berbagai jenjang pendidikan, mulai yang lulusan setingkat sekolah menengah atas sampai doktor. Bidang pekerjaannya melakukan pengawasan agar sanitasi berfungsi secara baik,Subardan mengatakan, untuk puskesmas wajib memiliki sanitarian minimal satu orang per unit. "Dan bahkan tentu jumlahnya lebih untuk pusat layanan kesehatan dengan skala lebih besar, seperti rumah sakit. Kalau untuk wilayah Jawa, syarat minimal satu sanitarian untuk setiap puskesmas masih terpenuhi. Namun, tidak demikian kondisinya dengan puskesmas-puskesmas di daerah-daerah luar Jawa," terangnya.Di samping itu, para sanitarian perlu menjalankan peranan dengan baik dalam mengawasi keadaan sanitasi. "Jika menemukan masalah seputar lingkungan kesehatan di naungan wilayahnya, bisa melaporkan ke pejabat berwenang sesuai institusi," tutur Subardan.Mantan Ketua HAKLI Jawa Tengah Indro Darmaji menambahkan pula, keterbatasan sanitarian memang menyebabkan tugas yang diembannya berjalan dengan baik, sebab satu sanitarian puskesmas membawahi wilayah luas."Bayangkan saja, satu sanitarian puskesmas bertugas mengawasi kesehatan lingkungan satu wilayah kecamatan," katanya.