750 Orangutan Dibantai Tiap Tahun

By , Kamis, 17 November 2011 | 06:09 WIB

Dari sebuah survei terbaru, dalam setahun, penduduk yang tinggal di sisi Indonesia dari Borneo atau Kalimantan membunuh sedikitnya 750 ekor orangutan, spesies hewan yang terancam punah. Sebagian orangutan dibunuh agar tidak mengganggu panen petani dan sebagian lain dibunuh untuk dikonsumsi dagingnya.

Padahal, Erik Meijaard, peneliti yang memublikasikan laporannya di jurnal PloSOne menyebutkan, kawasan Indonesia dari pulau Kalimantan merupakan rumah dari 90 persen populasi orangutan yang tersisa di alam bebas. Namun sayang, hutan yang 50 tahun lalu sangat lebat dan rimbun, separuhnya telah dipangkas demi memasok kayu, pulp, kertas, dan baru-baru ini minyak kelapa sawit bagi kebutuhan dunia.

Hasilnya, sebagian besar dari 50 sampai 60 ribu ekor orangutan yang tersisa, tinggal di hutan-hutan yang sudah gundul dan mengakibatkan mereka sering menghadapi konflik, seringkali berupa konflik yang mematikan, dengan manusia. “Tetapi dari survei kami terindikasi pula bahwa pembunuhan orangutan juga terjadi jauh di hutan belantara. Artinya mereka juga diburu sama seperti spesies hewan lain,” kata Meijaard. “Ini mungkin jadi kenyataan pahit, tapi bukanlah kenyataan yang bisa kita abaikan.”

The Nature Conservancy serta 19 organisasi swasta lain termasuk WWF dan Association of Indonesian Primate Experts and Observers melakukan penelitian demi memahami lebih baik seputar pembunuhan orangutan serta faktor penyebabnya. Para peneliti menginterview 6.983 orang di 687 desa di tiga provinsi di Kalimantan antara April 2008 sampai September 2009.

Ahmad Fauzi Masyhud, juru bicara Kementerian Kehutanan Indonesia menyebutkan, pihaknya belum menerima laporan yang ia sebut sebagai ‘bombastis’ tersebut. “Kami perlu memeriksa kembali apakah laporan tersebut benar,” ucap Ahmad. “Sejujurnya, saya meragukan laporan itu,” ucapnya.

Meski demikian, Meijaard menegaskan, kini waktunya untuk menghadapi kenyataan. “Kami menggunakan metode ilmiah yang kuat untuk meneliti dimensi sosial dari konservasi orangutan. Kecuali jika sebagian besar responden yang kami survei berbohong, kita harus menerima kenyataan bahwa perburuan merupakan masalah yang nyata dan harus ditangani jika kita ingin menyelamatkan orangutan,” tegasnya. (Associated Press)