Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Rustadi, mengatakan budidaya perikanan di Indonesia harus sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Ironisnya, budidaya perikanan di Indonesia justru masih sering menurunkan keanekaragaman dan pencemaran genetik.
Rustadi mengatakan, budidaya perikanan semakin penting peranannya secara nasional maupun global. Hal ini karena kontribusinya dalam penyediaan bahan makanan berprotein, lapangan kerja, pendapatan, lingkungan dan pengentasan kemiskinan, yang sangat besar.
Namun demikian, beberapa tipe budidaya perikanan telah menurunkan keanekaragaman dan pencemaran genetik, konservasi lahan yang mengarah pada perusakan habitat dan pencemaran lingkungan dan wabah penyakit. "Kendala upaya peningkatan produksi muncul dalam budidaya perikanan karena masih kurang sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan," katanya pada Rabu (16/11).
Menurutnya, pembangunan berkelanjutan dalam budidaya harus dilakukan. Beberapa langkah yang dapat ditempuh diantaranya, menerapkan budidaya perikanan sesuai daya dukung, pengembangan ikan dengan trofik makanan pendek, serta sistem budiaya polikukltur dan budidaya terpadu.
Penerapan budidaya yang ramah lingkungan, substitusi tepung dan minyak ikan dengan bahan alternatif, pengendalian penyakit dan penebaran benih tahan penyakit serta penerapan bio-safety juga menjadi perhatian dalam budidaya perikanan yang memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan.
"Penerapan budidaya perikanan seperti di atas dapat membantu menyelamatkan lingkungan," ujarnya.
Seperti diketahui, potensi sumber daya budidaya perikanan di Indonesia sangatlah besar. Saat ini Indonesia menadi Negara penyumbang bahan makanan dari budiaya perikanan terbesar ke-4 di dunia, sesudah China, India, Vietnam. Meskipun demikian, konsumsi ikan di Indonesia tidak merata, di luar jawa pada umumnya tinggi dari rata-rata (30,17 kg per kapita), sedangkan di Jawa lebih rendah bahkan kurang dari 20 kg per kapita.