Kerajinan tradisional Moronene di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara terancam punah. Pasalnya, generasi penerus yang berminat untuk mempelajari beragam jenis kerajinan berupa anyaman tersebut hampir dikatakan tidak ada. Kerajinan tradisional yang terancam punah antara lain, empe (tikar), be'u (loyang), duku (nyiru), kaloe (penyimpanan bergantung), kompe (keranjang), dan balase (karung)
Tokoh Adat dan Budaya Kabaena, Abdul Madjid Ege mengatakan bahwa pengrajin anyaman tradisional saat ini diperkirakan hanya berjumlah 10 orang, dan rata - rata usianya adalah 60 tahun.
"Akibat pergeseran zaman, generasi muda tidak tertarik untuk mempelajari cara membuat anyaman tradisional," ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Bombana, Musaddad, di Rumbia, Minggu (27/11).
Menurut Musaddad, kerajinan tangan tradisional tersebut merupakan unsur budaya yang memiliki nilai dan fungsi tersendiri baik dalam kehidupan masyarakat dan konteks keragaman budaya. Nilai dan fungsinya tidak hanya menampilkan keindahan, tetapi juga alat pemersatu masyarakat seperti pada penyelenggaraan adat.
"Semua wadah dalam kegiatan adat harus terbuat dari anyaman tradisional seperti seperti kompe, be'u, dan balase," katanya. Dirinya menambahkan, kerajinan tradisional tersebut juga memiliki nilai seni karena anyaman dibuat dari tumbuhan sejenis daun resam yang dibentuk sesuai keinginan penganyam.
"Kita berharap ada generasi muda yang mau mempelajari kerajinan tangan tersebut untuk melestarikan budaya daerah dalam memperkaya khazanah budaya bangsa," ujar Abdul Madjid.