Laut Mati Terancam Kering

By , Kamis, 8 Desember 2011 | 08:27 WIB

Ilmuwan yang melakukan penelitian terhadap sampel lumpur purba yang diambil dari dasar Laut Mati memperingatkan, situasi politik yang tidak stabil di kawasan Timur Tengah bisa semakin parah dengan berkurangnya sumber air. Penurunan pasokan air sendiri ditunjukkan oleh studi yang mereka lakukan.Dalam studinya, peneliti menggali hingga kedalaman sekitar 275 meter di tengah-tengah cekungan berlumpur di Laut Mati. Dari rekaman yang disimpan oleh sampel sedimen di sana hingga 200 ribu tahun terakhir, diketahui bahwa di masa lalu danau raksasa itu pernah mengering. Artinya, pengambilan air dari sungai-sungai yang bermuara di Laut Mati akan menyebabkan pengeringan Laut Mati dan konflik antara Israel dengan tetangganya menjadi tak terhindarkan. “Laut Mati sudah mulai mengering karena manusia mengambil terlalu banyak air yang akan mengalir ke sana. Dari bukti-bukti yang kami dapat, Laut Mati sendiri pernah kering meski tanpa intervensi manusia,” kata Steven Goldstein, peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, Amerika Serikat. "Dalam kondisi seperti ini, Laut Mati akan kembali kering dalam waktu dekat. “Ini merupakan kondisi yang harus kita pikirkan,” ucapnya.Saat ini, kata Goldstein, praktis tidak ada air segar yang masuk ke Laut Mati. Seluruh air yang ada di lembah tersebut sudah digunakan dan itu hanya merupakan sebagian masalah. “Menggunakan model pemanasan global, kita bisa melihat bahwa air yang mengalir lewat sungai dan digunakan manusia, tidak akan kembali lagi ke sungai,” ucapnya.Air sendiri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam stabilitas politik di kawasan Timur Tengah. Penemuan bahwa Laut Hitam pernah benar-benar kering pada periode sekitar 125 ribu tahun lalu mengindikasikan bahwa kawasan itu jauh lebih rentan terhadap kekeringan dahsyat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. (Sumber: The Independent)