18,9 % Anak Balita Papua Malnutrisi

By , Jumat, 16 Desember 2011 | 09:48 WIB

Sebanyak 18,9 anak balita di pedalaman Papua mengalami malnutrisi. Ironisnya, Papua memiliki sumberdaya alam dengan kelimpahan hayati maupun non hayati yang tinggi serta lingkungan ekosistem sosio-kultural yang sangat beragam. Inilah hasil penelitian seorang peneliti UGM, Ir. Stefanus Pieter Manongga, M.S., yang dipaparkan di UGM, Kamis (15/12). Menurutnya, anak balita Papua yang tinggal di zona pesisir daratan mempunyai status gizi yang lebih baik ketimbang mereka yang tinggal di zona dataran menengah dan zona pegunungan. Prevalensi anak balita Papua yang mengalami malnutrisi mencapai 18,9% dan anak sangat pendek 33,8%. Ia melanjutkan faktor yang mempengaruhi perkembangan anak Papua, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial, pola asuh ibu, riwayat sakit dan malnutrisi.   Namun persoalan malnutrisi anak Papua masih mengalami suspek keterlambatan perkembangan mencapai 77,7% yang menyebar luas di semua tipe zona ekosistem. “Umumnya anak Papua mengalami keterlambatan perkembangan bahasa, adaptif motorik halus, personal sosial, dan motorik kasar,” katanya. Dia menambahkan, suspek keterlambatan perkembangan bahasa, terbanyak di zona pegunungan dan zona pesisir daratan, keterlambatan perkembangan motorik halus terbanyak di zona pegunungan dan dan zona pesisir dan daratan. Pengaruh malnutrisi menyebabkan anak pendek relatif kecil dan berpengaruh signifikan pada keterlambatan perkembangan anak. Khususnya keterlambatan perkembangan motorik halus dan bahasa. Sementara itu, untuk mengoptimalkan perkembangan dan kualitas hidup anak Papua ia mengusulkan beberapa langkah yang bisa ditempuh. Pertama, meningkatkan ketahanan pangan dan penguatan pola asuh melalui transformasi sistem reproduksi pertanian dan pertanian kampung bagi peningkatan status gizi dan kesehatan anak. Kedua, mengintensifkan kegiatan program pelayanan kesehatan dasar, kesehatan lingkungan dan penyediaan air bersih. Ketiga, membangun pos pelayanan tumbuh kembang anak berbasis masyarakat dan optimalisasi potensi keterdidikan anak dan memberdayakan lingkungan ekosistem masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan bagi peningkatan kualitas hidup anak.