Limbah pertanian dan perkebunan ternyata bisa digunakan secara maksimal untuk mengganti peran kayu. Selain itu bisa digunakan pula serat nonkayu seperti sisal, rami, kenaf, dan nenas.Limbah dan serat alam ini sudah digemari pabrikan Eropa untuk perakitan mobil-mobil mewahnya. Di antaranya Audi, BMW, atau Daimler AG. Salah satu produk termewahnya, Mercedes S Class, bahkan telah menggunakan komposit serat alam pada 27 bagian interiornya.Hal ini dinyatakan Subyakto, profesor riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam orasinya 'Tekhnologi Pengembangan Serat Alam Sebagai Subtitusi Bahan Industri Perkayuan'. "Serat alam merupakan sumber selulosa, yaitu polimer alam penyusun serat tanaman, selaian hemiselulosa dan lignin," ujar Subyakto dalam acara pengukuhannya sebagai profesor riset di Widya Graha LIPI, Rabu (21/12)."Uni Eropa Directive End of Life Vehicles mensyaratkan pada tahun 2015 semua mobil baru 95 persen bahannya harus bisa didaur ulang."Serat alam selama ini telah digunakan untuk bahan tekstil, tali, kerajinan, kertas, komponen otomotif, dan bahan konstruksi bangunan. Pemanfaatan ini sangat berguna sebagai pengganti kayu yang beberapa tahun belakangan penggunaannya menuai kontroversi karena bisa menyebabkan penggundulan hutan.Namun, serat alam juga memiliki keterbatasan seperti kualitas yang tidak seragam, sumber bahan baku yang tidak kontinyu, sulit terikat dengan polimer yang bersifat hydrophobic, penyerapan air tinggi, serta kekuatan yang rendah. Tapi kendala ini bisa diatasi dengan kemajuan teknologi budi daya tanaman.Subyakto juga menyarankan agar Pemerintah Indonesia bisa memanfaatkan serat alam ini dengan pengembangan komposit hijau (biokomposit). Caranya dengan membuat peraturan kebijakan dan penataan limbah pertanian dan perkebunan. Atau juga dengan mendorong industri yang memanfaatkan limbah ini. Serta memberi dukungan dalam penelitian komposit hijau mulai dari penyiapan bahan baku sampai dengan budi daya.