Peninggalan bangsa Maya berusia 1.100 tahun berhasil ditemukan di gunung yang terletak di Georgia Utara, Amerika Serikat. Peninggalan ini, disebut Richard Thornton dari The Examiner edisi Kamis (22/12), merupakan lokasi tempat tinggal bangsa Maya yang melarikan diri dari perang, letusan gunung api, kekeringan, dan kelaparan dari lokasi awal mereka di Amerika tengah. Peninggalan ini sebenarnya terpampang jelas di depan mata warga Georgia Utara. Sebab, lokasinya terletak di bawah kaki gunung tertinggi di Georgia, Brasstown Bald. Peninggalan ini berbentuk piramida lima sisi yang disebut dengan area Kenimer Mound dan berdiri sekitar tahun 900 Masehi. Namun, warga sekitar mengira piramida itu hanya bukit biasa.Padahal area Kenimer Mound merupakan struktur bangunan yang dibangun bangsa Maya sesuai dengan metode rumah tinggal mereka di Amerika Tengah. Ketika muncul banyak bukti adanya kehidupan bangsa Maya, arkeolog asal Afrika Selatan Johannes Loubser membawa timnya untuk meneliti situs tersebut.Mereka kemudian membawa contoh tanah dan pecahan tembikar hingga mengambil kesimpulan jika lokasi itu sudah ditempati kira-kira 1.000 tahun lalu. Bangsa yang mendiaminya kemudian dikenali sebagai Itza Maya. Tidak diketahui secara pasti bagaimana nasib warga yang mendiami lokasi ini. Spekulasi yang beredar menyebut mereka mati karena wabah penyakit dan kekurangan makanan. Namun, spekulasi lain menyebut jika mereka pindah dan bermigrasi ke lokasi lain. Diyakini jika reruntuhan itu adalah kota Yupaha. Kota yang gagal dicari oleh pengelana asal Spanyol, Hernando de Soto, di tahun 1540. Hingga saat ini, para arkeolog yang terlibat berhasil menggali 154 dinding bata untuk kebutuhan teras pertanian, bukti dari sistem irigasi, dan beberapa struktur batu. "Ini mungkin jadi penemuan arkeologi terpenting di masa sekarang," ujar Thornton. (Sumber: The Raw Story, The Examiner)