Efek Negatif Pembangunan: Tempat Pelacuran

By , Rabu, 28 Desember 2011 | 13:41 WIB

Pengidap HIV/AIDS di Indonesia diprediksi meledak hingga 1,8 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Penyebab meledaknya HIV/AIDS ini dipicu oleh pembangunan baru di beberapa wilayah Indonesia yang memicu kegiatan prostitusi. Sekjen Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi mengatakan kabar terkahir dari Kementerian Perekonomian serta Perindustrian dan Perdagangan, akan ada pembangunan di enam titik atau koridor hingga 2025 mendatang. Enam titik ini meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Papua. "Pembangunan ini berpotensi menumbuhkan tempat-tempat prostitusi baru. Di mana ada pembangunan atau pelabuhan di sana pasti ada pelacuran," kata Nafsiah di Yogyakarta. Dirinya melanjutkan,jumlah ini dapat ditekan menjadi 751.816 jiwa pada 2025 mendatang bila seluruh pihak (pemerintah,swasta,masyarakat) serius menanggulangi HIV/AIDS. Program yang perlu mendapatkan perhatian adalah menambah dan meningkatkan kualitas layanan di Rumah Sakit, Puskesmas atau lembaga lainnya yang menangani HIV/AIDS serta sosialisasi ke lokasi-lokasi terpencil. Nafsiah memberikan contoh, Komisi Penanggulangan AIDS telah membuat program baru mengenai rekreasi sehat bagi para pekerja perusahaan di daerah-daerah dengan menggandeng manajemen perusahaan. Selama ini para pekerja pertambangan dan perkebunan menghabiskan waktunya di luar kerja dengan mendatangi tempat-tempat prostitusi. "Perhatian para pekerja harus dialihkan ke tempat rekreasi untuk membebaskan resiko dari penularan HIV/AIDS," paparnya. Strategi lain yang dilakukan adalah penguatan basis keagamaan dan keluarga di lingkungan masing-masing. Sementara itu,penular HIV/AIDS di Indonesia didominasi oleh kaum pria. Sebanyak 12 juta laki-laki pembeli seks di Indonesia enggan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. "Mobilitas pria pembeli seks sangat tinggi dan berpotensi membawa virus pada kaum wanita," tambah Nafsiah.