Pernah membayangkan mengapa nyamuk lahap menggigit seseorang namun membiarkan orang lain yang ada di dekatnya tidak terganggu? Dari penelitian terbaru, terungkap bahwa preferensi yang dimiliki oleh nyamuk tersebut ada kaitannya dengan bau-bauan yang diproduksi oleh makhluk mikroskopik yang menyelimuti tubuh kita.Dalam studi bertajuk Composition of Human Skin Microbiota Affects Attractiveness to Malaria Mosquitos yang dipublikasikan di jurnal Public Library of Science ONE (PloS ONE), Niels O. Verhulst dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa bagi nyamuk, setiap manusia punya bau yang berbeda. Dan perbedaannya sebagian dikarenakan adanya bakteri tertentu yang hadir di kulit manusia yang bersangkutan. Saat menguji, peneliti memperhatikan ketertarikan nyamuk Anopheles gambiae, nyamuk yang menyebarkan malaria terhadap bau tubuh 50 orang laki-laki. Para partisipan dalam riset ini diminta menghindari mengonsumsi makanan tertentu, misalnya bawang putih, yang bisa mengubah aroma alami tubuh mereka.Peneliti kemudian mengumpulkan bau-bauan pria dengan mengambil sampel dari kulit bagian bawah setiap kaki partisipan untuk menemukan mikroba. Ternyata, diketahui bahwa nyamuk lebih menyukai bau kulit yang memiliki jumlah bakteri yang jauh lebih banyak, namun dengan varian bakteri yang lebih sedikit.Dari temuan ini, terindikasi bahwa komunitas mikroba yang beragam berpotensi mengandung sejumlah mikroba yang menghasilkan senyawa yang tidak disukai nyamuk. Jika penelitian lebih lanjut berhasil mengidentifikasi senyawa tersebut, maka akan terbuka peluang untuk mengembangkan penangkal baru agar nyamuk haus darah itu jauh-jauh dari manusia. (Sumber: Scientific American)