Minimnya Dana, Musuh Lain Orangutan

By , Selasa, 10 Januari 2012 | 14:15 WIB

Sebagai salah satu fauna khas Indonesia, orangutan hidup dengan ancaman kematian yang besar. Bukan karena predator alami, melainkan karena perburuan dan pembunuhan yang dilakukan oleh manusia. Menurut data yang dikeluarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN), jumlah orangutan saat ini hanya kurang dari 14 persen dibanding 10 ribu tahun lalu hingga pertengahan abad ke-20. Ini menjadikan orangutan sebagai salah satu spesies yang terancam di dunia. Kondisi ini sempat terbantu dengan keberadaan pusat rehabilitasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF). Yayasan yang berdiri sejak tahun 2001 ini bertugas menyelamatkan dan merehabilitasi orangutan. Namun, muncul masalah dalam hal pendanaan dan pengembalian orangutan ke alam liar. Satu ekor orangutan membutuhkan biaya US$35.000 atau setara dengan Rp320,950 juta. Saat ini, BOSF sudah menampung 850 ekor orangutan. Artinya, BOSF membutuhkan biaya lebih dari US$2 juta untuk memulihkan mereka semua. Saat akhirnya dana terkumpul pun dan orangutan sudah pulih, lahan tempat mereka tinggal sudah tidak ada lagi."Sudah 600 orangutan direhabilitasi tapi sudah tidak punya tempat tinggal," kata Bungaran Saragih sebagai ketua BOSF dalam  forum Indonesia Endangered Species,The Role of Privat Sector in Species and Habitat Protection di Bali Room, Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (10/1).Selain masalah dana bantuan dalam negeri, Bungaran juga mengeluhkan ada beberapa faktor utama sulitnya menyelamatkan orangutan. Yakni sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada bantuan dari para pebisnis. Padahal mereka adalah salah satu pemicu utama pembabatan hutan. "Karena kenyataannya kepentingan bisnislah yang menerima imbalan keuangan dari hilangnya keanekaragaman hayati, akanlah adil jika sektor swasta memikul sejumlah tanggung jawab untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini," kata Bungaran yang juga mantan Menteri Pertanian dan Perhutanan Indonesia.Dukungan juga disampaikan oleh mantan Presiden Jusuf Kalla yang hadir sebagai salah satu pembicara kunci di forum Indonesia Endangered Species. Menurutnya, bakal ada tantangan dari masyarakat dalam pelestarian orangutan yang memakan biaya besar. Tapi ditegaskannya bukan orangutan saja yang menjadi inti penyelamatan, melainkan menyelamatkan lingkungan itu sendiri."Orang pernah bertanya kepada saya buat apa menyelamatkan orangutan jika orang miskin saja tidak bisa diselamatkan. Tapi bukan masalah orangutannya, tapi jika orangutan tak ada lagi tempat hidup, maka lingkungan juga sudah rusak," kata JK --sapaan akrabnya."Sektor swasta juga harus memperhatikan value asset suatu wilayah. Karena jika tidak, akan ada ongkos kesehatan yang harus dibayar."Selain orangutan asal Kalimantan dan Sumatra, spesies asal Indonesia lain yang juga terancam kehidupannya adalah harimau Sumatra serta badak dan gajah Jawa.