Beberapa kesenian tradisional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terancam punah kembali dimunculkan. Kemunculan kesenian tradisional ini dilakukan untuk penyelamatan budaya lokal serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Kesenian tradisional yang dimunculkan antara lain srandul, gejog lesung, dan jathilan. Kesenian ini akhirnya digelar oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman dalam Festival Seni Tradisi Wisata, Sabtu-Minggu (28-29/1). "Pertunjukan kesenian tradisional yang hampir punah ini dapat memberikan cita rasa yang berbeda dalam pertunjukan kesenian yang sudah ada," papar Divisi Promosi Dalam Negeri BPPS Sleman, Candra Prabantoro, di Yogyakarta, Kamis (26/1)Srandul adalah sandiwara rakyat yang sangat kuno, sebelum ada ketoprak. ada dalang, pemain, penabuh, penemban,g dan penari. Lain lagi dengan gejog lesung yang menampilkan seni suara hasil dari ketukan alu dengan lesung padi. Suara bertalu-talu yang dimainkan lima hingga enam orang dipadukan dengan nyanyian tradisional.Sedangkan jathilan merupakan tarian yang kerap diasosiasikan dengan mistis. Sebab, ketika tarian ini dimulai, penari biasanya akan bergerak secara tidak sadar mengikuti irama musik yang berasal dari saron, kendang, dan gong. Penari ini biasanya juga diawasi pemain lain yang memegang cemeti.Dikatakan oleh Candra, pertunjukan kesenian tradisional ini juga dimaksudkan untuk pembinaan serta peningkatkan kualitas kesenian dalam menyambut wisatawan. Diharapkan pula dapat menggairahkan wisatawan untuk mengunjungi DIY khususnya ke daerah Sleman. Festival Seni Tradisi Wisata yang akan diikuti 12 desa wisata di Sleman ini direncanakan menjadi agenda rutin tahunan. Untuk melakukan promosi desa wisata tersebut, pemerintah setempat menggunakan tokoh pewayangan seperti anoman, punokawan, limbuk, dan cangik. Karakter wayang ini sebagai simbol adanya penyelamatan budaya lokal.