Bagaimana geliat dunia pariwisata Ambon, ibu negeri Tanah Maluku? Harapannya tentu menjadi salah satu andalan destinasi bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. "Kedatangan turis luar negeri dalam kapasitas besar di kapal pesiar ini adalah yang pertama, namun harapannya bukanlah yang terakhir," demikian dinyatakan Richard Louhenapessy, walikota Ambon saat menyambut kedatangan MV Discovery, kapal pesiar berbendera Amerika Serikat yang sandar di Pelabuhan Yos Sudarso pekan lalu (29/01). MV Discovery sandar sekitar setengah hari di ibukota Maluku dalam rangkaian tur Asia yang berawal dari Hongkong, dilanjutkan ke China, Taiwan, Jepang, Filipina, Malaysia, Singapura, Indonesia, dilanjutkan ke Darwin (Australia), Great Barrier Reef, dan Sydney. Dari sana, para penumpang yang berjumlah sekitar 450 orang dan terdiri atas kebangsaan Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru dapat kembali ke negara masing-masing menggunakan pesawat terbang, atau mengikuti rute balik ke Indonesia dan berakhir di Singapura.Eddie Thomson, Hotel Director MV Discovery secara khusus menyampaikan kepada kami bahwa ia terkesan dengan penyambutan dan keramahan warga Ambon. Setelah kapal pesiar memasuki pelabuhan Yos Sudarso mereka disuguhi tarian pembuka Moka-Moka dari Seram serta permainan instrumen khas tifa dan totobuang.
(Foto; National Geographic Traveler bercakap-cakap secara khusus dengan Eddie Thomson)
Para kru kapal dikalungi syal khas Tanimbar dan Mr Thomson beroleh bingkisan hiasan meja berupa bonsai mutiara. Seluruh cendera mata itu merepresentasikan keragaman budaya dan seni kriya Maluku sebagai kawasan yang dijuluki sebagai Negeri Seribu Pulau. "Pendeknya, penyambutan buat kami di Ambon terasa fantastis," lanjut Mr Thomson. "Inilah sambutan paling hangat yang kami dapatkan kurun pelayaran yang sudah berlangsung sekitar tiga pekan."
(Foto: para penumpang MV Discovery turun ke dermaga Yos Sudarso Ambon) Setelah kapal sandar dan seremoni penyambutan, para penumpang kapal pesiar MV Discovery yang mayoritas tergolong senior traveler atau berusia 50 tahun ke atas dapat mencoba beberapa jenis tour arahan panitia, seperti city tour dan beach tour dengan akomodasi bus pariwisata. Setiap bus dilengkapi dua pemandu wisata. "Kami melakukan persiapan acara ini sekitar empat bulan. Menjadi proyek pertama bagi kota Ambon untuk menerima wisatawan asing dalam jumlah besar. Pemandu kami training secara intensif, mendapat sertifikat dan telah melakukan ujicoba minimal dua kali sebelum diterjunkan menangani tamu dari kapal pesiar MV Discovery," papar Hellen de Lima, ketua pelaksana acara."Kerja kami didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta dipantau langsung dari Jakarta, termasuk oleh Bapak Achyaruddin (Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata)."Achyaruddin yang kami temui secara terpisah mengatakan, kedatangan kapal pesiar dari mancanegara akan menambah geliat ekonomi dan kegiatan pariwisata masyarakat sekitar. "Kalaupun hanya sandar beberapa jam saja, tetapi setidaknya kita sudah mendapatkan promosi dari mulut ke mulut. Harapannya, suatu ketika mereka (wisatawan) akan kembali lagi sendiri," tegas Achyaruddin. Interaksi kami dengan para penumpang kapal pesiar MV Discovery adalah keinginan Ken Young (70)--satu dari dua warga negara Selandia Baru yang berlayar bersama MV Discovery--untuk bergabung secara khusus dengan kami, mengingat ia memiliki kesamaan dengan penulis yang berniat untuk bertandang ke Allied Forces Cemetery di Kapaha, Tantui, Ambon. Mr Young menyampaikan, ia ingin menjumpai satu-satunya nisan warga Selandia Baru yang dimakamkan di sini. Dipandu Syamsuddin Ohayouf, kepala pengurus makam, Mr Young dan kami akhirnya menemukan pusara J.M. G Morris, signalman dari Royal New Zealand Navy yang meninggal di usia 22 tahun. "Perang itu tidak pernah berakhir indah dan generasi sekarang mesti mendapat pembelajaran saat melakukan kunjungan ke makam pahlawan," tutur Mr Young seraya menambahkan perjalanannya dengan kapal pesiar membawa dimensi berbeda. "Bila yang dicari pantai-pantai indah, rasanya bisa kapan saja. Tetapi mendatangi makam pahlawan, apalagi di mana ada pusara warga sebangsa terasa beda. Saya dapat mengucap salut dan mendoakan secara personal. Inilah sudut pandang berbeda dari saya untuk memaknai perjalanan dengan kapal pesiar."Selain makam para tentara Sekutu yang berjumlah lebih dari 2.000 batu nisan dan dikuburkan secara massal serta perorangan, kami turut mengantar Mr Young memotret patung Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy di Lapangan Merdeka, yang ia nyatakan sebagai pahlawan favoritnya dari Maluku. "Saya sudah membaca latar belakangnya dan mengagumi semangatnya untuk menumpas penjajahan dengan semangat nasionalisme begitu tinggi," papar pria yang tinggal di Auckland atau Pulau Utara di Selandia Baru itu. Kebahagiaannya dapat memotret patung sang pahlawan terasa makin lengkap, ketika penulis menyodorinya mata uang seribu Rupiah yang bergambar Kapitan Pattimura. Jadilah monumen dan uang kertas ia abadikan dalam satu bingkai potret.
(Foto: Ken Young tengah membubuhkan tanda tangan dan komentar di Allied Forces Cemetery, didampingi pengurus makam, Syamsuddin Ohayouf. Bersama Mr Young dan kedatangan para tamu asing dari MV Discovery, kami bagaikan menemukan kembali keelokan kota yang kerap dijuluki sebagai Amboina ini. Semoga kelak makin banyak wisatawan mancanegara bertandang ke sini, seperti tekad warga Ambon lewat pidato penyambutan walikota, serta penuturan Hellen de Lima; paling tidak ada lima program kedatangan kapal pesiar berbendera Amerika Serikat, Australia, Inggris dan Jerman. Sampai baku dapa lae di Ambon. (Teks: Manggalani R. Ukirsari, Foto: Sonny Warsono)