Menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Lukman Hakim, jurnal ilmiah nasional tidak terintegrasi. Situasinya saat ini, masih sulit untuk mengakses jurnal secara nasional karena kondisi masih tercetak dan tersebar di penerbit. Padahal, tidak lagi jurnal cetak semata, pergeseran tren ke arah jurnal ilmiah yang elektronik kini makin berkembang dan menjadi tuntutan.
LIPI melalui dua satuan kerja yang melaksanakan pembinaan terhadap jurnal ilmiah di Indonesia sudah mengintegrasikannya secara perlahan. Kedua satuan kerja itu adalah Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) dan Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan (Pusbindiklat) Peneliti.
PDII LIPI sebagai lembaga yang mengeluarkan nomer internasional (ISSN) dari tahun 1980-an bagi penerbitan jurnal ilmiah di Indonesia, sementara Pusbindiklat Peneliti LIPI merupakan lembaga yang melaksanakan akreditasi jurnal ilmiah khususnya untuk lembaga penelitian.
PDII LIPI bersama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) telah meluncurkan Indonesia Scientific Journal Database (ISJD) pada 2009. "Sebanyak 4.000 jurnal dengan 70.000 artikel dari seluruh Indonesia sudah terintegrasi dalam jurnal online tersebut selama dua tahun terakhir ini. Pengakses sudah lebih dari 1,7 juta pengunjung dari seluruh dunia," jelas Lukman.
Penerbitan jurnal ilmiah merupakan sarana komunikasi yang penting bagi para peneliti guna menyampaikan segala hasil penelitian yang sudah dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut, kata Prof. Lukman, akan menjadi acuan peneliti lain agar tidak terjadi pengulangan penelitian yang sama.
Banyak pengulangan penelitian yang terjadi karena para peneliti yang kurang dapat update informasi dalam jurnal, baik nasional maupun internasional.
Kepala Pusbindiklat Peneliti LIPI Dr. Enny Sudarmonowati menyatakan, langkah integrasi ini perlu dukungan berbagai pihak guna meningkatkan akses informasi jurnal imilah nasional yang lebih cepat dan mudah.