Trulek jawa (Vanellus macropterus) salah satu jenis burung langka di Indonesia terancam punah. Keberadaan lahan basah sebagai habitatnya makin menyusut akibat dialihfungsikan menjadi lahan pertanian, permukiman, atau tambak. Biodiversity Officer Burung Indonesia Dwi Mulyawati mengatakan, bahwa trulek Jawa memiliki kebiasaan tinggal di wilayah rawa yang luas,muara sungai,serta genangan air di lahan basah saat musim hujan. "Trulek jawa terakhir terlihat pada tahun 1939 di Pantai Meleman, pesisir selatan Jawa. Hingga sekarang tidak diketahui keberadannya," kata Dwi di Bogor, Rabu(1/2). Dwi menambahkan luas lahan basah di Indonesia sekitar 20 persen dari luas daratannya atau mencapai 40 juta hektar. Semua tipe ekosistem lahan basah di dunia tercakup di lahan basah Indonesia seperti kawasan laut (marin), muara (estuarin), rawa (palustrin), danau (lakustrin), dan sungai (riverin). Lahan basah alami Indonesia banyak dialihfungsikan lantaran dianggap kurang produktif dan kurang bermanfaat. Padahal, lahan basah memiliki fungsi ekologis yang menjaga keseimbangan ekosistem daratan maupun perairan, sumber produk makanan,serta bahan baku industri, dan obat. "Pembangunan dan pengelolaan lingkungan pada lahan basah perlu diperhatikan kembali," ujarnya lagi.Lahan basah tidak hanya berguna bagi perlindungan dan pelestarian burung air beserta flora-fauna saja, melainkan mencegah terjadinya bencana alam seperti banjir. Trulek Jawa merupakan burung berukuran 27-29 cm dengan kepala hitam dan kaki panjang kekuningan. Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai jenis dilindungi sejak tahun 1978. Hingga kini, para ahli burung masih melacak keberadaan burung berstatus kritis (Critically Endangered/CR) ini, melalui survei dan ekspedisi di sepanjang pesisir pantai maupun lahan basah di Pulau Jawa.