Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta berhasil mengembangkan varietas tanaman pangan unggul dengan memanfaatkan teknologi nuklir. Mitra dari Kemenristek ini berhasil menciptakan 17 varietas padi, enam varietas kedelai, serta satu varietas kapas dan kacang hijau. Kepala BATAN, Hudi Hastowo menjelaskan sejak 2003 lalu pihaknya telah mengembangkan varietas unggul baik di bidang pertanian dan peternakan. Pengembangannya pun sudah sudah mencakup 23 juta hektar lahan di 23 daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota."Kami mengembangkan varietas unggul dan produksi padi sebanyak tujuh ton per hektar. Harapannya, tahun ini bisa memproduksi hingga 12 ton per hektar," ungkap Hudi di Yogyakarta, Senin (6/7). Ia melanjutkan, untuk varietas padi, BATAN bisa menghasilkan sekitar sepuluh ton padi jenis Bestari yang dikembangkan di Jember. Sedangkan pengembangan kedelai varietas Rajabasa di Maros bisa memproduksi 4,1 ton. Produksi varietas tersebut jauh melebih produksi pertanian nasional yang baru mencapai 2,2 ton per hektarnya. Begitu pula dengan produksi varietas padi yang naik 2-3 ton dibandingkan produk lokal petani. "Bila produk-produk tersebut terus dikembangkan maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor," tandasnya. Ia mengatakan pengembangan varietas unggul ini bisa melibatkan petani lokal. Hal ini dinilai efektif karena selain dapat mengaplikasikan penelitian pada masyarakat secara langsung, pendapatan ekonomi masyarakat pun bisa meningkat. "Semua produk ini juga sudah bersertifikat," tegas Hudi lagi. Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta pun mendukung penuh pengembangan varietas unggul yang dilakukan oleh BATAN. "BATAN turut mendukung pengembangan penelitian Kemenristek khususnya yang menyangkut ketahanan pangan," kata Gusti. Kendati begitu, pihak BATAN masih kesulitan untuk melakukan koordinasi stakeholder lain. Khususnya untuk pemanfaatan hasil-hasil penelitian itu di tingkat masyarakat. Oleh karena itu, kerjasama berbagai pihak masih sangat dibutuhkan.