Mengenal Lebih Jauh Tentang Flu Singapura

By , Jumat, 10 Februari 2012 | 13:53 WIB

Flu Singapura memang bukan penyakit mematikan. Kendati begitu masyarakat perlu waspada terhadap penyakit yang akrab disebut dengan Hand Foot and Mouth Disease (HFMD).Begitulah pernyataan dari  Pakar Penyakit Dalam Sepesialis Paru-Paru Fakultas Kedokteran UGM, Dr. Sumardi, SpPD, KP menanggapi kasus hadirnya flu Singapura yang melanda salah satu daerah di Indonesia. "Masyarakat tidak perlu panik pada flu Singapura. Namun begitu, harus tetap waspada khususnya pada mereka yang mempunyai daya tahan tubuh rendah seperti anak-anak dan balita, khususnya  yang menderita asma, kelainan jantung dan paru-paru,” ujarnya di Yogyakarta, Jumat (10/2).Penyakit yang ditimbulkan oleh virus coxsacie A16 (CA 16) dan EV71 ini, memiliki gejala awal menyerupai flu pada umumnya seperti demam, sakit tenggorokan, pilek. Namun, flu Singapura disertai dengan munculnya bintil-bintil berwarna merah berisi cairan di telapak tangan, kaki, dan mulut. Biasanya penularannya  terjadi ketika kontak langsung seperti saat bicara, batuk, dan bersin. Flu Singapura memiliki masa inkubasi sekitar dua hingga empat hari Penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan balita dan jarang menyerang orang dewasa karena memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat. "Kalau dewasa biasanya yang muncul hanya sariawan,” katanya. Ia melanjutkan penyakit ini bisa  memperberat penyakit bawaanya (asma, jantung, paru-paru, ginjal) yang akhirnya menyebabkan kematian. Hingga saat ini tidak ada obat khusus yang digunakan untuk virus flu Singapura ini. Biasanya dokter akan memberikan multivitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh seperti yang biasa diberikan pada penderita influenza, obat penurun panas untuk mengatasi demam, dan salep untuk bintil-binti di kulit.Untuk mencegah flu Singapura ini, ia menyarankan  menggunakan penutup muka/masker saat beraktivitas. Selain itu, menjaga pola hidup yang sehat dengan makan makanan bergizi juga penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kaitannya dengan pemberian vaksinasi, dinilainya tak efektif lantaran sifat virusnya yang mudah berubah dan bermutasi.