Bulan Februari baru saja lewat, namun para petani di Spanyol sudah dihadapkan dengan bahaya kekeringan karena sumber air mengering, tanaman layu, dan kebakaran semak-semak bermunculan setelah negeri itu dilanda musim dingin paling kering yang pernah tercatat sejak 70 tahun terakhir.Sebenarnya, petani Spanyol sudah terbiasa menghadapi kebakaran di musim panas. Namun tahun ini, kebakaran datang terlalu cepat. Menghanguskan banyak kawasan, sementara kekeringan telah membuat tanaman gagal panen serta ternak tak bisa menemukan rumput untuk dimakan.Di kawasan barat laut Galicia, kebakaran telah menghanguskan sekitar 400 hektar lahan. Di dekat Brocos, sebuah desa di kawasan Galicia, pada sumber air Portodemouros, sudah terlihat retakan-retakan di dasar danau. “Saat ini kita mengalami musim kering yang sangat sulit, kondisinya sangat luar biasa di kawasan tertentu,” kata Miguel Aras Canete, Menteri Pertanian Spanyol. “Cadangan air masih cukup, namun kita sudah mulai mengalami banyak kebakaran hutan,” ucapnya.Sebagai gambaran, pada musim dingin yang berlangsung selama tiga bulan terakhir, Spanyol hanya mendapat curah hujan sebanyak 55 liter per meter persegi. Jauh di bawah rata-rata yang mencapai 200 liter.“Kami mengalami tiga bulan di musim dingin dengan level hujan minimal di seluruh Spanyol. Desember, Januari, dan Februari lalu merupakan bulan-bulan terkering, setidaknya sejak tahun 1940-an,” kata Angel Rivera, juru bicara lembaga pemantau cuaca Spanyol.Dalam laporan terakhir, sumber air di Spanyol kini tinggal dua pertiga penuh. Artinya, tidak banyak air yang tersisa untuk mengairi lahan di mana benih-benih tumbuh dan hewan mencari minum.“Ada harapan, jika hujan segera turun, misalnya dalam satu atau dua pecan ke depan, semua akan membaik,” kata Alejandro Garcia, juru bicara asosiasi petani Spanyol, COAG. “Sayangnya, menurut data lembaga pemantau cuaca, meski hujan berpotensi turun, namun akan diikuti oleh tekanan tinggi di udara yang akan menghadirkan cuaca kering yang lebih panjang,” ucapnya. (Sumber: AFP)