Penelitian terbaru menunjukkan bahwa meningkatnya laju peluruhan lapisan es di Kutub Utara memicu pelepasan zat kimia bromin ke atmosfir. Dampaknya cukup serius, mulai dari pengendapan merkuri di kawasan Arktika sampai penipisan lapisan ozon.
Penelitian dilakukan dengan menganalisa data gabungan dari enam satelit milik badan luar angkasa Amerika Serikat (NASA), European Space Agency dan Canadian Space Agency. Dari situ didapat model pergerakan udara di atmosfir untuk mengetahui hubungan perubahan es di laut Arktika dengan ledakan bromin di laut Beaufort.
"Ledakan bromin" merupakan istilah untuk reaksi kimia yang terjadi saat garam di es laut bercampur dengan temperatur yang sangat dingin dan sinar matahari. Begitu tercampur, es yang asin melepaskan bromin ke udara dan memicu aliran reaksi kimia yang disebut "ledakan bromin".
Para ilmuwan ingin mencari tahu apakah ledakan yang terjadi dua dekade lalu di kawasan Arktika Kanada terjadi di troposfir atau lapisan yang lebih tinggi yaitu stratosfir.
Model menunjukan pegunungan Alaskan Brooks Range dan Canadian Richardson dan Mackenzie menghalau bromin sehingga tidak sampai di wilayah Alaska. Mengingat ketinggian pegunungan tersebut mencapai 6.560 kaki, maka ledakan bromin dipastikan hanya terjadi di troposfir.
Jika ledakan bromin mencapai stratosfir, 5 mil atau lapisan yang lebih tinggi, gunung-gunung tidak akan mampu menghalaunya dan bromin akan menyebar ke kawasan lebih luas.
Penelitian menemukan bahwa es tertua dan paling tebal di laut Arktika meleleh lebih cepat dari es yang lebih muda dan lebih tipis. Hal tersebut mengakibatkan penyebaran zat-zat kimia tertentu.
Baru kali ini diketahui bahwa es yang lebih tua lebih cepat meleleh dibanding es yang lebih muda. Es yang lebih tua biasanya mampu bertahan di musim panas dan kembali terbentuk saat musim dingin.
Rata-rata ketebalan lapisan es di laut Arktika menurun karena komponen tebalnya, es multi-lapis hilang dengan cepat. "Dalam waktu bersamaan, temperatur permukaan meningkat, berakibat pada makin singkatnya musim pembentukan es," sebut hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Geophysical Research-Atmosphere.
Luas es perennial, es yang bertahan sedikitnya selama satu kali musim panas, berkurang dengan laju 12,2 persen dalam satu dekade, sementara kawasannya berkurang 13,5 persen per dekade. Laju lelehan ini merupakan yang tertinggi yang dicatat NASA.
Jika "ledakan bromin" terjadi, merkuri berwujud gas di atmosfir akan berubah menjadi racun yang bersifat polutan. Saat jatuh ke salju, daratan dan es racun tersebut akan berakumulasi di tubuh ikan.