Mahasiswa dari 34 Negara Pelajari Tabuh dan Tari Bali

By , Jumat, 16 Maret 2012 | 04:50 WIB

Instrumen-instrumen musik tradisional gamelan Bali seperti gong kebyar, semarandanu, suling, dan kebyar ding kini semakin mendunia. Menurut Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Wayan Rai, gamelan Bali mampu naik gengsi, bahkan makin banyak dimainkan di mancanegara.
Bahkan gong kebyar menjadi kehormatan dalam menyambut tamu penting dalam acara wisuda perguruan tinggi di Amerika Serikat. Demikian ujar sang Rektor di Bali, sebagaimana dikutip ANTARA, Rabu (13/3).
"Khusus di Jepang, perkembangan kesenian Bali sangat pesat, tercatat 52 sanggar yang mengajar tetabuhan serta tari Bali. Para sanggar tari itu umumnya dirintis warga Jepang yang pernah mengenyam pendidikan di ISI Denpasar," tambahnya.
 
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan kepercayaan kepada ISI Denpasar untuk mendidik mahasiswa asing yang berasal dari 34 negara dari berbagai belahan dunia untuk mendalami tabuh dan tari Bali. Selama kurun waktu 12 tahun periode 1999-2011, sudah 382 orang mahasiswa asing belajar tabuh dan tari Bali di ISI Denpasar.
Mahasiswa asal Jepang paling mendominasi, menyusul Amerika Serikat, Meksiko, Hungaria, Ceko, Polandia, Slovakia, Serbia, Jerman, Inggris, Kanada, Gambia, Prancis, Rusia, Uzbekistan, Filipina, Rumania, Afrika Selatan, Argentina, Denmark, Spanyol, Bulgaria, Zambia, Singapura, Malaysia, Australia, Venezuela, Turki, Slovenia.
Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri juga turut membantu penyebaran budaya Indonesia ini. KBRI Belgia misalnya, berpartisipasi dalam memeriahkan berbagai jenis festival seni dan mengagendakan kegiatan-kegiatan seni rutin di berbagai kota.
I Made Wardana, staf bidang seni budaya KBRI Belgia yang merupakan salah satu alumnus ISI Denpasar menjelaskan bahwa pihaknya selama 15 tahun membina kesenian nusantara, khusunya kesenian Bali. Tujuannya meningkatkan citra Indonesia di mata internasional sekaligus promosi pariwisata.
Dirunut dari sejarahnya, dunia internasional mulai berkenalan dengan ke-17 jenis gamelan Bali sejak komponis Prancis Claude Debussy menonton gamelan di Pameran Semesta yang diadakan untuk memperingati 100 tahun Revolusi Prancis, di Paris tahun 1889.
 
Masyarakat Eropa pun kian menaruh perhatian terhadap gamelan ketika kemudian pada tahun 1931, The International Colonial Exposition yang digelar di Prancis menampilkan pementasan gamelan dan tari dari Desa Peliatan, Gianyar. Saat itu, gamelan dan tari ini tampil sebagai utusan pemerintah zaman kolonial Belanda.