Ko-Kemoterapi, Alternatif Untuk Penyembuhan Kanker

By , Selasa, 20 Maret 2012 | 18:30 WIB

Peneliti UGM, Edy Meiyanto, berhasil mengembangkan pendekatan ko-kemoterapi kanker yang dinilai lebih berhasil ketimbang kemoterapi pada umumnya. Pasalnya, agen kemoterapi umumnya menunjukkan efektivitas yang rendah, serta menimbulkan toksisitas pada jaringan normal.

Ia menjelaskan pendekatan ko-kemoterapi adalah kombinasi antara agen kemopreventif dengan agen kemoterapi agar menghasilkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan agen kemoterapi saja. Kanker, lanjutnya, adalah penyakit yang memiliki masa laten relatif panjang. Dengan proses yang dinamakan karsinogenesis terjadi mutasi genetik pada gen berperan pada proses pertumbuhan sel.

Perubahan-perubahan genetik dan ekspresi protein yang semakin banyak pada proses karsiogenesis, menjadi dasar penting untuk pengembangan agen kemoprevensi kanker. Agen ini diharapkan dapat menghambat karsiogenesis dan dapat memacu kematian sel kanker.

"Kemoprevensi adalah upaya penggunaan agen sintetik atau bahan alam, baik tunggal maupun campuran untuk mencegah, menghambat, dan mengembalikan fungsi normal dari proses perkembangan penyakit," papar Edi dalam pidato ilmiah pengukuhan Guru Besar "Harapan Dan Tantangan Pengembangan Agen Kemoprevensi Kanker Tepat Sasaran" di UGM, Selasa (20/3).

Agen kemoprevensi awalnya ditujukan untuk perkembangan tumor di awal karsiogenesis sebelum terjadi invasi dan metafisis. Namun, dalam perkembangan, agen kemoprevensi dapat digunakan sebagai agen komplementer untuk meningkatkan efikasi agen kemoterapi.

Sementara itu, terkait kemoterapi, ia mencontohkan penggunaan doxurubicin, atau agen kemoterapi yang umum digunakan dalam pengobatan kanker payudara. Ternyata berdasarkan penelitiannya, menunjukkan hasil efektivitas yang rendah, serta menimbulkan toksisitas pada jaringan normal.

"Pendekatan ko-kemoterapi ini dapat meningkatkan kemanjuran obat kemoterapi, serta memungkinkan penggunaan dosis yang lebih rendah dari agen kemoterapi sehingga akan menurunkan toksisitas pada jaringan normal," lanjutnya.