Nyepi, Menag Sampaikan Pesan Kerukunan

By , Jumat, 23 Maret 2012 | 00:50 WIB

Suryadarma memberi sambutan menjelang persembahyangan pada Upacara Tawur Agung Kesanga yang berlangsung di Pelataran Candi Wisnu Komplek Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (22/3). Upacara yang dihadiri ribuan umat Hindu se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan rangkaian perayaan Nyepi yang berlangsung Jumat (23/3).

Suryadarma juga menyampaikan selamat Hari Raya Nyepi kepada seluruh umat Hindu di Indonesia. Dalam sambutannya, Suryadarma mengatakan bahwa suasana kondusif di masyarakat bisa hilang setiap kali timbul gangguan kerukunan beragama.

Suryadarma mengatakan umat Hindu telah merawat semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mendasari kerukunan rakyat. Ia pun berharap agar umat dapat memaknai Tawur Agung dalam kehidupan sehari-hari dan tidak berhenti hanya pada ritual semata.

Upacara Tawur Agung dilakukan sehari sebelum Nyepi. Upacara ini dilakukan sebagai upaya menjalin hubungan baik antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain serta dengan alam sekitar, untuk mencapai keseimbangan antara Buwana Alit (mikrokosmos, alam manusia) dan Buwana Agung (makrokosmos, alam semesta).

Upacara Tawur Agung kali ini juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Ketua Parisadha Hindu Dharma Pusat, Mayjen Purn Suwisme. Doa dipimpin oleh Pedande Putra Telabah.

Upacara tersebut dilengkapi dengan tarian Dewa Nawa Sanga yang dibawakan oleh para penari dari Universitas Hindu Indonesia Denpasar, Bali. Serta tari Barong yang menggambarkan kebaikan. Usai persembahyangan, digelar tari Ogoh-Ogoh yang melambangkan hawa nafsu dan angkara murka yang harus dihilangkan dari dalam diri manusia.

Sebelumnya digelar prosesi Mendak Tirta Suci atau mengambil air suci, yang berlangsung di pelataran Candi Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Upacara tersebut dipimpin oleh tiga pedanda atau Trisadaka yaitu Pedande Bali Gayatri, Pedande Putra Telabah, dan Pendeta Manuaba. Sehari sebelumnya, pada malam hari, digelar Upacara Atur Piuning yang juga berlangsung di Candi Ratu Boko.

Hari Raya Nyepi yang merupakan perayaan atas pergantian tahun atau tahun baru Caka, dilangsungkan dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian atau empat pantangan yang berlangsung selama Nyepi.

Catur Brata Penyepian dilakukan selama 24 jam, terdiri dari Amati Geni yang artinya larangan menyalakan api - baik api dalam arti sesungguhnya maupun api dalam diri (hawa nafsu), Amati Karya yang berarti tidak melakukan aktivitas kerja, Amati Lelungan artinya tidak melakukan perjalanan keluar rumah, dan Amati Lelanguan yaitu menjauhkan diri dari hiburan yang sifatnya bersenang-senang.

Rangkaian perayaan Nyepi ditutup dengan Ngembak Geni yang merupakan pelaksanaan dialog spiritual dengan sesama manusia, yang berlangsung sehari setelah Nyepi.