Kepala Pusat Kualitas Udara dan Perubahan Iklim BMKG, Edvin Aldrian mengatakan bahwa dengan radar berkemampuan tinggi, puting beliung dapat diprediksi beberapa jam sebelumnya sehingga memungkinkan risiko dan dampak bencana dikurangi.
"Saat terbentuk awan (tipe) kumulonimbus, udara mengalami pemampatan yang berpotensi puting beliung. Oleh sebab itu, kondisi sebenarnya dapat dideteksi," ujar Edvin.
Di awal tahun ini saja, cuaca yang kian ekstrem telah mengakibatkan puting beliung di sejumlah wilayah di antaranya Banten, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Baru-baru ini, persisnya Rabu pekan lalu (21/3), puting beliung juga melanda Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan. Bencana ini merusakkan sekitar 19 rumah dengan kerusakan berat dan 34 rumah dengan kerusakan sedang/ringan.
14-17 Maret lalu, sebanyak 51 desa di enam kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur yang dilanda oleh puting beliung. Menurut data dari Pusat Informasi BNPB, kerusakan meliputi dua orang korban jiwa, 1.1154 rumah rusak berat, 1.140 rumah rusak ringan, 57 unit sekolah rusak berat, dan 9 unit sekolah rusak ringan.