Peneliti sekaligus psikolog dari Institute for Psychology Universitas Leipzig, Jerman, Evelin Witruk, mengatakan bahwa terapi seni efektif dikembangkan di Indonesia. Terapi ini juga berdampak besar karena mampu memberikan pelayanan psikologi bagi mereka yang tengah mengalami problem dan tekanan hidup.
Demikian disampaikan oleh Witruk dalam workshop Art Therapy bersama Evelin Witruk, di Yogyakarta, Senin (26/3). Terapi seni yang dikembangkan oleh Witruk sebelumnya telah dilakukan terhadap anak-anak korban tsunami di Aceh. Pengembangan terapi seni untuk anak lebih menekankan kepada melukis dan menggambar. Terapi ini cukup berhasil untuk memulihkan kembali (recovery) kondisi psikis mereka pasca Tsunami.
Menurut Ketua Program Studi Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi UGM Adiyanti, terapi seni cukup terbuka untuk dikembangkan di Indonesia mengingat sifatnya yang bebas budaya (free culture). Ia memberi contoh untuk dapat menilai dan memberi solusi kepada seseorang yang tengah menghadapi persoalan psikologi bisa dilihat dari kemampuannya menggambar.
“Bisa terhadap anak-anak, remaja hingga orang tua. Misalnya mereka yang bisa menggambar dan tidak bisa menggambar akan terlihat persoalan psikologi yang tengah dihadapi sehingga segera dicari pemecahannya,” tegas Adiyanti.
Terapi seni bisa menjadi sarana untuk menggambarkan emosi dan perasaan tersakiti yang terlalu menyakitkan jika diungkapkan dengan kata-kata. Berikut beberapa manfaat positif dari terapi seni, penyembuhan pribadi, pencapaian pribadi, menguatkan, relaksasi, serta meredakan sakit dan stres.
Manfaat terapi ini sendiri telah dibuktikan secara ilmiah. Sebuah studi dari University of Granada di Spanyol membuktikan jika terapi ini bisa membantu mengatasi gangguan mental.
Elizaberta Perez, salah seorang peneliti, mengikuti perkembangan 20 pasien penderita gangguan mental akut dari Therapeutic Community of the Northern Area of the Virgen de las Nieves Hospital of Granada selama lebih dari setahun. Pasien mengadaptasi lukisan karya pelukis seperti Amedeo Modigliani, Edvard Munch, dan Vincent Van Gogh.
Lukisan ini digunakan para pasien untuk menggambarkan keinginan terpendam, perasaan, serta emosi dari hati dan pikiran mereka. Selama proses ini, menurut Perez, para pasien bisa mengungkapkan perasaan dan emosi-emosi mereka.