Ulang Tahun Kota Tidore ke-904: Mengangkat Kekayaan Kearifan Lokal

By , Selasa, 3 April 2012 | 05:51 WIB

Halaman Kadaton Kie (gedung Kesultanan Tidore) di Kelurahan Soasio pada Minggu (1/4) pagi lalu begitu ramai. Padahal, ini hari libur. Hari itu, hampir seluruh lapisan masyarakat Kota Tidore Kepulauan berkumpul di halaman kediaman Sultan Jafar Syah, sultan ke-38 Tidore, untuk ikut memperingati Hari Ulang Tahun Kota Tidore yang ke-904, yang jatuh pada tanggal 12 April 2012.

Acara pembukaan dihadiri oleh hampir seluruh perangkat kesultanan, para pemuka adat, anggota Musyawarah Pimpinan Daerah, dan Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Wisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Firmansyah Rahim, yang menyempatkan hadir dari Jakarta bersama rombongan stafnya.

Dalam sambutannya, ketua panitia acara sekaligus Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Asrul Sani Sulaiman memaparkan bahwa peringatan ulang tahun ini "merupakan salah satu upaya untuk mengangkat dan melestarikan akar budaya dan kearifan lokal Tidore yang sudah bertahan selama ratusan tahun."

Pada kesempatan yang sama, Firmansyah Rahim mengingatkan bahwa Kota Tidore memiliki kekayaan potensi wisata yang belum tergali seperti budaya, alam, dan terutama wisata bahari. "Tidore memiliki keunggulan dalam objek wisata bahari, dan Kementerian mendukung upaya pengembangan pariwisata di Tidore serta bersedia bekerja sama demi manfaat yang besar bagi masyarakat setempat," ujar Firmansyah.

Acara pembukaan dimeriahkan oleh Kirab Agung Kesultanan Tidore yang melibatkan lebih dari 250 bobato (anggota lembaga adat), dimulai dari halaman Kadaton Kie menuju Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, dengan jarak sekitar lima kilometer.

Salah satu hal menarik dari prosesi Kirab Agung ini adalah hadirnya utusan bobato Kesultanan Tidore dari Kabupaten Raja Ampat dan Sorong, Papua, mengingat adanya keterikatan sejarah bahwa wilayah Kesultanan Tidore di masa lalu juga meliputi Papua hingga ke Merauke.

Beberapa hari sebelumnya, mengawali acara peringatan ulang tahun Kota Tidore, dilakukan beberapa prosesi adat mulai dari dowaro; memohon doa selamat kepada Allah di kaki Gunung Kie Matubu, tagi kie; mengambil air di puncak Gunung Kie Matubu dengan menggunakan bambu (karenanya disebut ake dango atau air bambu), untuk kemudian disemayamkan di rumah-rumah pemimpin adat (sowohi).

Peringatan hari ulang tahun Kota Tidore ini dikemas dengan tajuk "Festival Tidore" yang berisi kegiatan-kegiatan budaya dan religi khas Tidore, dan berlangsung hingga puncak acara pada 12 April 2012.