Pada tahun ini pun demikian. Ribuan peziarah Kristiani mulai memadati Larantuka, Flores Timur, NTT, sejak Rabu (4/4). Para peziarah tersebut datang dari berbagai wilayah, baik dari Nusa Tenggara sendiri maupun dari luar pulau hingga mancanegara, demi prosesi yang telah berusia lebih dari 500 tahun ini.
Walaupun berasal dari tradisi akulturasi dari peninggalan bangsa Portugis dan tradisi penduduk lokal, tapi Semana Santa saat ini juga memiliki daya tarik bagi umat Kristen Katolik dari seluruh tanah air.
Dalam puncak prosesi Semana Santa pada hari Jumat Agung atau dalam bahasa setempat disebut Sesta Vera, dilakukan perarakan patung Yesus Kristus yang secara lokal dinamai Tuan Ana, serta patung Maria serta Tuan Ma, untuk mengenang wafat Yesus Kristus.
Prosesi ini menempatkan Yesus sebagai pusat ritual dan menempatkan Maria sebagai Mater Dolorosa (bunda yang berkabung) karena menyaksikan perjalanan penderitaan putranya sebelum dan saat disalib.
Pagi sebelum puncak upacara, masyarakat juga melakukan arak-arakan Tuan Menino (bayi Yesus) lewat laut menggunakan perahu dayung kecil, sedangkan di samping dan belakangnya, masyarakat mengantar menggunakan perahu motor. Siang hari dilanjutkan arak-arakan menuju gereja Katedral, dari sanalah titik awal prosesi Sesta Vera.
Selama malam Jumat Agung, jutaan lilin dinyalakan di jalan sepanjang dua kilometer dan di depan rumah-rumah penduduk yang dilalui. Prosesi baru akan berakhir hingga menjelang dini hari.