Lewat sejumlah foto-foto yang diambil oleh satelit Landsat 1, 4 dan 7 milik NASA yang dioperasikan secara bersama-sama dengan U.S. Geological Survey, terungkap jelas adanya perluasan proyek penguapan air garam di kawasan Laut Mati. Seperti diketahui, laut tersebut diberi nama Laut Mati karena tingkat keasinan airnya yang sangat tinggi hingga tak dapat dihuni oleh ikan, tumbuhan dan kehidupan lainnya.Laut Mati sendiri hadir karena sepanjang jaman, tanah di kawasan itu terus tenggelam akibat lempeng benua Afrika dan Asia saling menjauh satu sama lain. Depresi ini membuat laut (yang sebenarnya merupakan sebuah danau) itu menjadi kawasan permukaan yang berada di titik paling rendah di planet Bumi. Sekitar 400 meter di bawah permukaan laut.
Tak hanya itu, akibat penguapan, di musim panas, permukaan air Laut Mati masih bisa turun antara dua sampai tiga sentimeter. Adapun perluasan kawasan proyek penguapan air garam di Laut Mati ditangkap oleh ketiga satelit menggunakan cahaya dari panjang gelombang merah, hijau, dan nyaris infra merah. Analis kemudian membandingkan foto-foto yang diambil oleh Landsat 1 (1972-1978), Landsat 4 (1982-1993) dan Landsat 7 (1999 – saat ini). Ironisnya, Laut Mati juga semakin menyusut karena dialihkannya pasokan air dari sungai Jordan, khususnya di bagian utara danau. Permukaan Laut Mati yang berada di 395 meter di bawah permukaan laut tahun 1970, di tahun 2006 lalu, permukaannya telah mencapai 418 meter di bawah permukaan laut. Rata-rata penurunan ketinggian mencapai 1 meter per tahun. Dan jika level air menurun, karakteristik Laut Mati dan lingkungan di sekitarnya juga kemungkinan akan berubah secara substansial.
Dalam sebuah konferensi regional pada JUli 2009 lalu, para pakar menyampaikan kekhawatiran akan menurunnya tingkat permukaan air. Beberapa di antaranya menyarankan bahwa berbagai aktivitas industri di sekitar Laut Mati perlu dikurangi. Sejumlah pakar lain menyarankan dilakukannya pengukuran ulang terhadap dampak lingkungan demi memperbaiki kondisi.