Kidung Abadi: Konser Paripurna Sang Legenda

By , Jumat, 13 April 2012 | 12:31 WIB

“Siap, ya? Siap nyanyi?” Sepenggal citra bergerak tertayang pada layar di atas panggung, menampilkan sosok Chrisye dalam konser terdahulu. Dan berturut-turut mengalunlah lagu Aku Cinta, Nona Lisa, Hura-hura, Anak Sekolah, Kala Cinta Menggoda, dalam balutan irama upbeat yang spontan membuat para penonton berdendang penuh semangat. Nyaris tidak ada satu pun bait lirik lagu-lagu ceria yang digarap Chrisye bersama Adjie Soetama sepanjang 1985-1986 itu terlewatkan.

Musik dinamis dalam ramuan orkestra itu membuat sebagian penonton tidak tahan untuk tidak menggoyangkan badan mengikuti koreografi “wagu” ala Chrisye —padahal sejatinya koreografi yang ditampilkan Chrisye dalam video musik lagu-lagunya itu diciptakan oleh Alex Hasyim.

Itulah adegan yang tersimak oleh indra mata dan telinga saat menyaksikan "Konser Chrisye: Kidung Abadi', di Plenary Hall Jakarta Convention Center, pada 5 April 2012. Chrisye memang telah tutup usia pada 30 Maret 2007. Tetapi teknologi canggih berhasil “menghidupkan” ia kembali, melipur kerinduan para penggemarnya. Duo jenius yang juga sahabat Chrisye — Erwin Gutawa, music director, dan Jay Subiakto, creative director— berada di balik konser yang digelar dua babak, pada pukul empat sore dan delapan malam.

Sebelum Chrisye menggebrak dengan lagu-lagu upbeat itu, terlebih dahulu Erwin Gutawa Orkestra yang dipimpin oleh Erwin melakukan “pemanasan” dengan mengalunkan secara medley lagu Anak Jalanan dan Merpati Putih. Disusul Kala Surya Tenggelam serta Galih dan Ratna yang menonjolkan permainan biola oleh Henry Lamiri.

Musik nan dinamis kembali menggema sejurus munculnya grup band GIGI di atas panggung. Dalam kemasan baru beraransemen rock orkestra, lagu Ketika Tangan dan Kaki Berbicara, Serasa, Ku Ingin dan Juwita yang dibawakan oleh Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bas), dan Gusti Erhandy (drum) terdengar beda, namun tetap asyik disimak. Setelahnya, giliran Vina Panduwinata berbagi keharuan lewat lagu Simfoni Cinta, Cinta dan Kisah Insani.

Tak salah lagi. Sebagai musisi yang berkiprah sejak usia belia, sudah tidak terhitung pencapaian yang diraih oleh penyanyi keturunan Tionghoa ini, baik bertaraf nasional maupun internasional. Salah satunya, Indonesian Musician of All Time 2011 versi Rolling Stone Indonesia.

Puncaknya, Erwin menghadap ke arah penonton dan menyampaikan penyesalannya tidak sempat membuatkan lagu untuk Chrisye semasa hidup. “Malam ini saya menebus penyesalan ini,” kata Erwin yang membuat aransemen lagu baru bertajuk Kidung Abadi yang terdiri dari 246 kata dan 100 master rekaman Chrisye, serta liriknya ditulis oleh sang putri, Gita. “Chris, suara dan nyanyian lo akan selalu bersama kami selamanya,” kata Erwin sembari tertengadah, lalu berbalik badan dan mulai memimpin orkestranya.  Nada-nada pilu mengalun, mengiringi tayangan animasi hitam putih di layar yang menampilkan sosok Chrisye “menyanyikan” lagu baru ciptaan sang komposer yang telah menjalin persahabatan dengannya sejak masa kuliah arsitektur di Universitas Trisakti.  Keharuan belum surut, karena setelah itu Chrisye “melantunkan” Pergilah Kasih, lagu ciptaaan Tito Sumarsono.

"Terima kasih untuk Anda-anda semua, terima kasih untuk anak-anak saya, dan istri saya, Yanti. Terima kasih saya untuk Jay Soebiakto dan Erwin Gutawa. Terima kasih saya untuk string section, brass section. Terima kasih juga untuk kru, dan banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan," Chrisye memungkas konsernya. Terima kasih, Chrisye, untuk inspirasimu yang tak lekang oleh waktu.