Dari penelitian genetika terbaru, ternyata beruang kutub berevolusi sebagai spesies yang berbeda jauh lebih awal dibanding perkiraan sebelumnya. Temuan ini menambah kekhawatiran akan kemampuan mereka untuk beradaptasi dalam dunia yang semakin hangat.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science, diketahui bahwa predator utama di kawasan kutub ini berpisah dengan beruang coklat, saudara terdekat mereka, pada tahun 600 ribu tahun lalu. Lima kali lipat lebih awal dibandingkan asumsi para ilmuwan sebelumnya.
Temuan ini mengindikasikan bahwa beruang kutub membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan dunia es. Akibatnya mereka kemungkinan akan sulit dalam beradaptasi ketika kutub utara semakin hangat, es di lautan mencair, dan membuat mereka kehilangan sarana vital untuk berburu.
“Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa beruang kutub berevolusi dengan pesat sejak mereka kecil,” kata Frank Hailer, peneliti dari Biodiversity and Climate Research Centre, Jerman. “Studi yang kami lakukan mendapati bahwa hewan tersebut membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi,” ucapnya.
Dari perhitungan yang dilakukan, kedua tipe beruang itu berpisah di era Pleistocene, yakni era yang menurut catatan sejarah merupakan era di mana temperatur global mencapai titik terendah dalam jangka waktu panjang. Meski ada faktor kebetulan, tetapi ada indikasi bahwa pendinginan planet Bumi telah memicu perpisahan spesies tersebut.
Meski studi itu juga mengimplikasikan akan panjangnya proses adaptasi beruang kutub, tetapi itu berarti pula bahwa di masa lalu beruang kutub berhasil beradaptasi terhadap kenaikan temperatur.
“Jika mereka punah di tahap pemanasan global yang akan datang, kita perlu bertanya pada diri kita sendiri apa peran kita pada proses tersebut,” kata Hailer. “Di fase pemanasan global yang lalu, beruang kutub berhasil selamat. Tetapi bedanya, kali ini manusia menghadirkan dampak yang sangat besar bagi kehidupan mereka,” ucapnya.
Studi genetika sendiri merupakan perangkat yang penting dalam penelitian evolusi dan sejarah beruang kutub karena hewan itu umumnya hidup dan mati di es di lautan. Akibatnya, tubuh mereka tenggelam ke dasar laut saat mereka mati dan terkubur oleh gletser atau tetap tak bisa ditemukan. Ini membuat penemuan fosil beruang kutub sangat langka.