Pesan Hari Bumi: Selamatkan Burung Kakatua Sumba

By , Senin, 23 April 2012 | 12:05 WIB

Menjaga dan melindungi sebuah pohon di lingkungan sekitar merupakan langkah kecil yang bernilai besar untuk merawat bumi. Pohon merupakan aset dan potensi jangka panjang yang perlu dijaga.

”Pohon juga tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat berarti bagi kehidupan berbagai jenis burung,” ungkap Dwi Mulyawati, Bird Conservation Officer Burung Indonesia dalam siaran pers tertulis pada peringatan Hari Bumi, Minggu (22/4).

Di sebuah pohon, burung tidak hanya beristirahat, tetapi juga menjadikan pohon tersebut sebagai sumber makanan, bersarang, dan membesarkan keturunan. Salah satunya adalah kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) yang hanya dapat ditemui di Pulau Sumba.  

Kakatua Sumba merupakan anak jenis endemik Pulau Sumba. Di Sumba, kakatua pemilik ciri berupa jambul berwarna oranye ini, umumnya hidup di hutan primer dan sekunder. Habitatnya pada ketinggian lebih dari 950 meter di atas permukaan laut.

Satwa ini sangat sulit berkembang biak. Selain kebutuhan khusus akan jenis pohon sarang, kondisi lingkungan yang jauh dari aktivitas manusia juga mempengaruhi keberhasilan perkembangbiakannya.

Menurut Dwi, jenis pohon yang sangat disukai kakatua sumba untuk dijadikan sarang adalah pohon nggoka (Chisocheton sp.) dan marra (Tetrameles nudiflora). Selain kedua jenis pohon ini dapat tumbuh besar dan menjulang, kandungan airnya juga tidak terlalu tinggi. Sehingga, sangat cocok bagi sang betina untuk bersarang (di lubang pohon) dan mengerami telurnya. Salah satu sarang aktifnya yang berhasil diidentifikasi berada di lereng bukit Lakokur, Desa Umamanu, Kecamatan Katikutana Selatan, Kabupaten Sumba Tengah.

Namun, berkurangnya pohon sarang di hutan alam telah membuat burung lambang persatuan masyarakat Sumba ini mengalami kendala dalam hal berkembang biak. Jumlah telur yang dihasilkan saat berbiak antara dua hingga tiga butir, sangat bergantung pada cuaca dan pohon sarang karena berkaitan erat dengan kesuksesan penetasannya.

“Selain itu, kakatua sumba juga harus menghadapi persaingan penggunaan pohon sarang dengan jenis paruh bengkok lain seperti nuri bayan (Eclectus roratus) dan betet-kelapa paruh-besar (Tanygnathus megalorynchos),” lanjut Dwi.

Sekitar tahun 70-an, kakatua sumba masih mudah dijumpai. Kini, jumlah populasi burung ini diperkirakan hanya sekitar 563 ekor. ”Jumlahnya terus menurun seiring semakin sedikitnya pohon sarang serta akibat penangkapan dan perdagangan untuk dijual ke pasar dalam maupun luar negeri,” ujar Dwi.

Menjaga Bumi butuh tindakan nyata. Dengan menjaga lingkungan sekitar, meski hanya dengan merawat sebuah pohon, kita telah meringankan beban Bumi dari permasalahan lingkungan serta menjaga ekosistem kehidupan makhluk lain di dalamnya.